20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

tetapi ia tidak dapat berbuat apa apa. Kemudian pikiran Boe Kie berubah. Inilah disebabkan<br />

ketika dia terlukakan serangam ilmu Hian beng Sin ciang, dia sudah ditolong mati matian oleh<br />

In Lie Heng, yang sudah mengorbankan banyak te<strong>naga</strong> dalamnya. Perto1ongan itu dia ingat<br />

betul. Dia merasa berhutang budi, Maka juga, karena mengingat budinya In Lie Heng dia<br />

menjadi ingat juga kebaikan Ki Siauw Hoe dan untuk membalas budinya si paman guru,<br />

pantas dia memberikan kesan baik terhadap si tunangan si paman. Semakin usianya<br />

bertambah semakin dia dapat berpikir, membedakan yang benar dan yang salah. Dia juga<br />

ingat tempo dulu kala ,sekalian paman gurunya telah membicarkan persoalan minta Go bie<br />

pay bekerja sama menentang musuh. Jadi Go bie pay bukanlah musuh utama bahkan sama<br />

sekali bukanlah musuh Boe tong pay.<br />

Pada dua tahun dulu, ketika Boe Kie bertemu sama Siang Gie Coen di diluar rimba, disana is<br />

menyaksikan Kie Siauw Hoe menolongi Pheng Hweeshio. Perbuatan mulia nona itu<br />

membikin ia beranggapan si nona ialah orang baik. Hanya sekarang ini ia belum dapat<br />

memikir kenapa Siauw Hoe, si bibi yang belum menikah, telah mempunyai anak perempuan<br />

umur lebih daripada lima tahun itu . . . .<br />

Cuma Siauw Hoe yang lihat sendirinya.<br />

Selama ini Boe Kie dapat melihat jelas anaknya bibi itu. Nona cilik itu berdiri diam disisi<br />

ibunya. Dia masih kecil tetapi nyata dia cantik sekali. Sepasang alisnya bagaikan dilukis,<br />

sepasang matanya hitam dan celi, dan dengan mata tajam mengawasi padanya.<br />

"Ibu, apakah anak ini sitabib?" kemudian anak itu berbisik dikuping ibunya. "Apakah rasa<br />

nyeri ibu sudah baik?"<br />

Mendengar panggilan "Ibu" mukanya Siauw Hoe menjadi merah pula, tak dapat ia mencegah<br />

jengahnya.<br />

"Inilah kakakmu, kakak Boe Kie," ia menyahuti. "Ayah kakakmu ini ialah sahabat ibumu.<br />

Kemudian ia meneruskan pada Boe Kie, perlahan "Dia... dia bernama Poet Hwie...." Ia<br />

berhenti pula sejenak. "Dia she Yo.... Yo Poet Hwie..."<br />

Boe Kie girang, dia tertawa.<br />

"Bagus!" dia berseru. "Aku Thio Boe Kie dan kau Yo Poet Hwie!"<br />

Senang Siauw Hoe melihat sikap wajar dari Boe Kie, tak sedikit juga sikap si anak yang<br />

hendak menegur kepadanya. Hatinya menjadi lega.<br />

"Anak, kepandaian kakakmu hebat," ia kata pada anaknya. "Sekarang ini rasa nyeriku sudah<br />

berkurang"<br />

Poet Hwie memainkan matanya yang celi itu. Ia mengawasi ibunya, terus ia mengawasi Boe<br />

Kie. Sekonyong-konyong ia maju kepada bocah didepannya, untuk merangkul, untuk<br />

mencium pipinya.<br />

Bukan main terkejutnya Boe Kie.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 447

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!