20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ia sengaja tak mau melihat lingkaran-lingkaran itu. Mendadak, dengan kecepatan luar biasa, ia<br />

menikam dada Boe Kie. Boe Kie menundukkan kepala, seolah-olah mereka mau memapaki<br />

tikaman itu dengan batok kepalanya. Sekonyong-konyong, pada waktu ujung pedang hampir<br />

menyentuh kulit kepala, ia membuang diri ke tanah dan menubruk ke depan. Hampir<br />

berbareng, empat hiat di kempungan dan betis kiri Thio Siong Kee tertotok dan tanpa ampun<br />

lagi, ia jatuh terjengkang.<br />

Boe Kie tahu, bahwa empat totokan itu hanya dapat melumpuhkan bagian bawah tubuh<br />

pamannya. Selagi ia mau menotok Tiong Kie Hiat dan Tho To Hiat di bagian punggung, tibatiba<br />

Thio Siong Kee mengeluarkan teriakan menyayat hati, kedua matanya terbalik, tubuhnya<br />

bergemetaran dan sesaat kemudian, napasnya habis.<br />

Hati Boe Kie mencelos, keempat totokannya takkan melukai sang paman. Apa paman itu<br />

memang sudah sakit dan penyakitnya kambuh karena ditotok? Keringat dingin membasahi<br />

bajunya dan dengan tangan gemetar ia meraba kepala pamannya. Siong Kee menyambar dan<br />

topeng Boe Kie terlocot! Mereka saling mengawasi dengan mata membelalak.<br />

Beberapa saat kemudian, Thio Siong Kee berkata dengan suara parau. “Thio Boe Kie…<br />

kau!... kasih sayang kami terhadap kau tersia-sia…. “ Nada suara itu mengunjuk rasa duka<br />

dan gusar yang tiada taranya. Sambil menatap wajah Boe Kie, air mata pendekar Boe Tong itu<br />

mengalir turun di kedua pipinya. Tadi, sesudah dirobohkan, ia mengambil keputusan untuk<br />

melocotkan topeng musuh, supaya kalau mesti mati, ia mau mati setelah melihat wajah<br />

lawannya. Maka itu ia berlagak mati dan akhirnya berhasil menjambret topeng Boe Kie.<br />

Didalam pihak, Boe Kie yang berwatak polos tidak pernah menduga, bahwa ia akan diakali<br />

secara begitu.<br />

Pada waktu itu, penderitaan Boe Kie banyak lebih hebat daripada penderitaan jasmaniah yang<br />

paling hebat. Bagaikan hilang ingatan, ia hanya berkata dengna suara perlahan: “bukan aku….<br />

Sie Soepeh.. bukan aku yang <strong>membunuh</strong> Cit Soe Siok… “<br />

Thio Siong Kee tertawa terbahak-bahak.<br />

“Bagus!... bagus…. “ serunya. “Lekas kau bunuh kami semua! Toako! Lak Tee! Kau sudah<br />

lihat, bahwa manusia yang kita namakan Tat Coe bukan lain daripada anak Boe Kie yang kita<br />

cintai.”<br />

Song Wan Kiauw, Jie Lian Cioe dan In Lie Heng yang badannya tidak bisa bergerak, hanya<br />

mengawasi dengan mata melotot dan muka merah padam.<br />

Hebat sungguh kedudukan Boe Kie. Tiba-tiba serupa ingatan pendek berkelebat di otaknya.<br />

Lebih baik mati! Tapi, sebelum menjemput pedang dan mengorok leher, tiba-tiba Tio Beng<br />

berkata, “Thio Boe Kie! Dalam menghadapi penasaran, seorang laki-laki harus bisa<br />

mempertahankan diri. Di dalam dunia ini, air surut, batu kelihatan. Kau harus berusahan<br />

untuk membinasakan penjahat yang <strong>membunuh</strong> Boh Cit Hiap untuk membalas sakit hatinya.<br />

Hanyalah dengan berbuat begitu, baru kau tak percuma menerima kasih sayang para pendekar<br />

Boe Tong.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1177

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!