20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Beng moay, mengapa kau kelihatannya begitu bergirang?” tanya Boe Kie.<br />

“Kau mengajar Hoan Yoesoe beberapa jurus hanya itulah untuk mematahkan lengan,” kata si<br />

nona. “Mengapa kau tidak menyuruh dia untuk ambil saja jiwa manusia she Song itu?”<br />

“Biarpun dia menyeleweng, Song Ceng Soe putera Toa soepeh. Toa soepeh lah yang harus<br />

menghukum dia. Jika aku memerintahkan Hoan Yoesoe mengambil jiwanya, aku berlaku tak<br />

pantas terhadap Toa soepeh.”<br />

“Tapi apabila dia mati, Cioe ciecie akan jadi janda dan kau akan mendapat kesempatan untuk<br />

menikah dengannya. Bukankah baik begitu?”<br />

Boe Kie mencekal tangan Tio Beng erat-erat dan bertanya sambil tertawa, “Apa kau suka<br />

mempermisikan aku berbuat begitu?”<br />

“Tentu! Sesudah menikah hatimu akan bercabang lagi dan Cioe ciecie pasti akan<br />

melubangkan dadamu dengan jari-jari tangannya.”<br />

Selagi kedua orang muda itu bergurau, dengan dilindungi oleh delapan murid wanita Go bie<br />

pay, Song Ceng Soe sudah kembali ke gubuk Go bie pay untuk beristirahat.<br />

Kekejaman Song Ceng Soe dalam membinasakan kedua tokoh Kay pang sudah mengejutkan<br />

semua orang. Seluruh lapangan menjadi sunyi dan para hadirin menunggu perkembangan<br />

selanjutnya dengan hati berdebar-debar.<br />

Sesudah mengaso sebentar, Song Ceng Soe maju lagi ke gelanggang. “Aku sudah<br />

beristirahat,” katanya sambil merangkap kedua tangannya. “Siapa lagi yang mau memberi<br />

pelajaran kepadaku?”<br />

“Aku!” teriak Hoan Yauw. “Aku ingin berkenalan dengan ilmu silat Go bie pay.”<br />

Tapi baru saja ia mau melompat keluar, satu bayangan manusia mendadak berkelebat dan<br />

tahu-tahu sudah berdiri di depan Song Ceng Soe. “Hoan sianseng, biarlah aku yang maju<br />

lebih dulu,” katanya. Orang yang bicara dengan suara menyeramkan itu adalah Boe tong Jie<br />

hiap Jie Lian Cioe.<br />

Sedari kecil Ceng Soe takuti pamannya itu. Melihat paras muka sang paman ia tahu, bahwa ia<br />

sekarang menghadapi satu pertempuran mati hidup dan hatinya jadi gentar.<br />

Jie Lian Cioe menyoja dan berkata, “Song Siauwhiap, mulailah!” Kata-kata itu membuktikan<br />

bahwa ia tidak memandang rendah lawannya dan juga tidak lagi menganggap Song Ceng Soe<br />

sebagai orang separtai. Song Ceng Soe tidak menjawab, ia hanya membungkuk untuk<br />

membalas hormat dan Jie Lian Cioe lantas saja menyerang.<br />

Boe tong Jie hiap sudah mendapat nama besar selama tiga puluh tahun lebih, tapi dalam<br />

Rimba Persilatan hanya beberapa orang yang pernah menyaksikan kepandaiannya. Orangorang<br />

Kangouw mengenal ilmu silat Boe tong pay sebagai ilmu yang dengan “kelembekan”<br />

melawan “kekerasan” dan pukulan2nya yang perlahan mengandung aneka perubahan<br />

beraneka warna. Di luar dugaan, serangan2 yang dikirim Jie Lian Cioe cepat bagaikan kilat<br />

dan dalam beberapa saat saja, pinggang dan lutut Song Ceng Soe sudah kena terpukul.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1363

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!