20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Coei San tidak menjawab. Ia mengerutkan alis seperti orang sebal. Melihat begitu, So So<br />

lantas saja berkata : "Sudahlah ! begitu-begitu juga. Aku pun sudah merasa sebal. <strong>Mar</strong>i kita<br />

pergi kesitu untuk menikmati pemandangan langit." Sehabis berkata begitu ia menarik tangan<br />

kiri Coei San dan berjalan pergi.<br />

Jantung Coei San berdebar keras. Ia merasa tangan nya dicekal dengan tangan yang empuk<br />

halus, sedang hidungnya mengendus bebauan yang sangat wangi. Ia mengerti, bahwa dengan<br />

berbuat begitu, So So sengaja ingin membangkitkan rasa jelus dan guramnya kedua murid<br />

murid Koen loen pay itu. Karena merasa tak enak untuk melepaskan tangannya, tanpa<br />

menneluarkan sepatah kata, ia segera mengikuti.<br />

Mereka berdiri ditepi laut sambil memandang air yang seakan-akan tiada batasnya. Beberapa<br />

saat kemudian, So So mendadak berkata: "Dalam kitab Congcoe dibagian Chioe soei pian<br />

terdapat kata kata begini: Air dikolong langit tak ada yang lebih besar dari pada lautan.<br />

Laksana sungai mengalir kedalam laut. Entah kapan sungai-sungai itu berhenti mengalir dan<br />

tidak memenuhkan lautan. Tapi Sang laut sedikitpun tidak jadi sombong dan hanya berkata:<br />

Aku berada diantara langit dan bumi seperti juga sebutir batu atau satu pohon kecil yang<br />

tumbuh disebelah gunung yang besar. Setiap kali membaca kitab itu, aku mengagumi Cong<br />

coe (Chuang tze) tidak habisnya, karena dari tulisan-tulisan tersebut, ia sungguh sungguh<br />

seorang<br />

berjiwa besar"<br />

Mendengar perkataan sinona Coei San kaget. Ia merasa tak puas melihat cara-cara nona In<br />

yang sudah mencari kesenangan dengan mengadu domba kan orang. Sedikitpun ia tidak<br />

nyana, bahwa memedi perempuan yang dapat <strong>membunuh</strong> manusia tanpa berkesip, dapat<br />

mengutip kata-kata dari kitab Cong coe.<br />

Kitab Cong coe adalah sebuah kitab yang mesti dibaca dan dipelajari oleh murid-murid agama<br />

Too kauw. Waktu masih berguru di Boe tong sn, ia dan saudara-saudara seperguruannya<br />

sering sekali mendengar penjelasan-penjelasan Thio Sam Hong mengenai isi kitab itu.<br />

Demikianlah dalam rasa kaget dan herannya, tanpa merasa ia segara berkata: "Benar. Ribuan<br />

li jauhnya, tak dapat dikatakan besar, ribuan kaki tak dapat dikatakan dalam."<br />

Dendengar Coei San mengutip kitab Congcoe untuk melukisan besarnya dan dalamnya<br />

lautan, sedang pada muka pemuda itu terlihat paras penuh penghormatan, sinona segera<br />

berkata : "Apakah kau ingat Soehoemu ?"<br />

Coei San terkesiap, tanpa merasa ia mengangsurkan tangan kanannya dan'mencekal tangan<br />

sinona yang satunya lagi. "Bagaimana kau tahu apa yang dipikir olahku?" tanyanya dengan<br />

suara heran.<br />

Hal ini mempunyai latar belakang seperti berikut:<br />

Dulu waktu berada digunung Boe tong san, pada suatu hari ia bersama-sama Song Wan<br />

Kiauw dan Jie Thay Giam membaca kitab Congcoe. Sesudah membaca "Ribuan li jauhnya,<br />

tak dapat dikatakan besar, ribuan kaki tak dapat dikatakan dalam", Jie Thay Giam berkata:<br />

"Dalam berguru dengan Soe hoe, semakin lama belajar, aku merasa semakin berbeda jauh<br />

dengan kepandaian beliau, seperti juga, sebaiknya daripada maju, kita mundur setiap hari<br />

menurut pendapatku, kata-kata Cong coe itu adalah yang paling tepat untuk melukiskan<br />

kepandaian Soehoe yang tak dapat diukur berapa dalamnya."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 159

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!