20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie menggoyangkan tangannya. Tak boleh, tak boleh begitu, katanya. Racun yang<br />

mengeram di dalam badan Hoejin harus dipunahkan oelh ular itu juga. Kalau kau bunuh<br />

Hoejin tak dapat disembuhkan lagi!<br />

Oh begitu? kata si tua dengan rasa heran.<br />

Mengapa begitu?<br />

Ho Sianseng, terang si bocah sambil menunjuk taman bunga yang berada di luar jendela.<br />

Penyakit Hoejin karena gara-gara delapan pot bunga anggrek Leng cie lan itu.<br />

Leng cie lan? tegas Ho Thay Ciong.<br />

Baru sekarang ia tahu, anggrek itu Leng cie lan namanya. Karna tahu aku suka menanam<br />

bunga, seorang sahabat yang datang dari wilayah Barat, See hek, dan yang membawa delapan<br />

pot bunga itu, sudah menghadiahkannya kepada aku. Bunga itu sangat indah dan harum.<br />

Hm!...Aku tak tahu dia bibit penyakit.<br />

Menurut katanya kitab ilmu ketabiban, Leng cie lan berubi, yang bentuknya bundar seperti<br />

bola, warnanya merah api dan di dalam ubi itu terdapat racun yang sangat hebat, Boe Kie<br />

melanjutkan keterangannya, Cobalah gali.<br />

Ketika itu, semua Koen loen pay sudah tahu bahwa Boe Kie sedang coba mengobati penyakit<br />

Ngo kouw yang luar biasa.<br />

Murid-murid lelaki tidak berani masuk, tapi keenam murid perempuan sudah berada dalam<br />

kamar itu. Begitu mendengar keterangan Boe Kie dua antaranya lantas saja mengambil<br />

cangkul dan menggali sebuah pot. Benar saja ubi pohon anggrek itu bundar dan warnanya<br />

merah. Karena tahu beracun, mereka tidak berani menyentuhnya.<br />

Sekarang aku minta kalian menggali semua pohon anggrek itu dan taruh ubinya dalam sebuah<br />

mangkok kayu, kata si bocah pula. Tambahkan delapan biji telur ayam dan semangkok darah<br />

ayam. Pukul campuran itu sampai menjadi hancur. Tapi yang mengerjakannya harus berhatihati,<br />

harus menjaga sampai campuran itu tidak mengenai kulit.<br />

Ciam Coen bersama dua orang saudara seperguruannya lantas saja bertindak keluar untuk<br />

melakukan apa yang diminta. Sesudah itu, Boe Kie minta juga dua buah bumbung bambu dan<br />

sebatang tongkat bambu.<br />

Tak lama kemudian, ubi Leng cie land an campurannya sudah dipukul menjadi cairan kental.<br />

Boe Kie segera menuang cairan itu di lantai dan membuat sebuah lingkaran. Pada lingkaran<br />

itu ditinggalkan sebuah lubang yang lebarnya kira-kira dua dim. Sambil mengawasi semua<br />

orang, ia berkata, Kalau sebentar terjadi kejadian luar biasa, kuharap kalian jangan bersuara<br />

supaya ular itu tidak menjadi kaget dan menggigit kalian. Harap kalian menutup hidung<br />

dengan kapas. Semua orang lantas saja menuntut, sedang racun lalu menutup hidungnya<br />

dengan sedikit kapas.<br />

Sesudah itu, ia mengambil api dan membakar daun-daun Ling cie lan di samping lubang.<br />

Kira-kira minuman teh, dari lubang sebelah kiri keluar seekor ular yang badannya merah dan<br />

di kepalanya terdapat semacam topi daging yang berwarna emas. Ular itu ternyata mempunyai<br />

empat kaki dan panjang badannya kira-kira delapan dim. Baru saja Kim koan Hiat coa (ular<br />

darah topi emas) keluar, dari lubang sebelah kanan kembali muncul seekor ular lain yang<br />

badannya lebih pendek dan topi dagingnya berwarna perak. Ular yang belakangan dinamakan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 518

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!