20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Celaka” seru Boe Kie. Ia tak duga Go bie pay bisa berbuat begitu. Ia mau melompat<br />

menolong, tapi sudah tidak keburu lagi.<br />

Jie Lian Cioe pun tidak pernah menduga bahwa dirinya bakal diserang secara begitu. Kalau ia<br />

berkelit, granat itu pasti akan mencelakai murid-murid Kay pang yang berada di sebelah<br />

belakangnya. Ia seorang ksatria tulen dan ia tidak mau kalau karena gara-garanya banyak<br />

orang yang tidak berdosa mesti mengorbankan jiwa. Ketika pikiran itu berkelebat dalam<br />

otaknya, kedua senjata rahasia itu sudah hampir menyentuh dadanya. Secepat kilat ia<br />

membalik kedua telapak tangannya dan menyambut dengan In Chioe (Tangan awan), salah<br />

satu ilmu dari Thay kek koen. Kedua granat itu lantas saja terputar-putar di kedua telapak<br />

tangannya.<br />

Semua orang serentak bangun berdiri dan ribuan pasang mata ditujukan ke arah kedua telapak<br />

Jie Lian Cioe. Meledak atau tidak!... meledak atau tidak?... jantung mereka seolah olah<br />

berhenti berdenyut.<br />

Syukur! Granat itu tidak meledak.<br />

Thay kek koen adalah ilmu silat “terlembek” di kolong langit. Bertahun-tahun Jie Lian Cioe<br />

melatih diri dalam ilmu itu. Berkat ketekunannya ia berhasi mewarisi ilmu yang sangat tinggi<br />

itu. Tadi melihat kebinasaan Soema Cian Ciong dan Hee Cioe, ia tahu bahwa peluru itu akan<br />

meledak begitu terbentur dengan lain benda apapun juga. Dalam keadaan terdesak, ia terpaksa<br />

mempertaruhkan jiwanya dan menggunakan ilmu “lembek” itu. Benar saja, “kelembekan”<br />

dapat mengatasi kekerasan. Kedua peluru itu seperti masuk ke dalam sebuah kekosongan dan<br />

hanya berputar putar.<br />

Tiba tiba terdengar pula “srr… srr!...” dan dua butir granat kembali menyambar Jie Lian Cioe.<br />

In Lie Heng yang berdiri di samping soehengnya lantas saja mengibaskan kedua tangannya.<br />

Dengan Cioe hwie pi-pee sit (Tangan memetik pi pee, semacam tetabuhan seperti gitar), ia<br />

menyambut kedua peluru itu dan kemudian, dalam Kim kee tok li pasat (ayam emas berdiri di<br />

atas satu kaki, yaitu kaki kiri menginjak bumi dan kaki kanan terangkat ke atas tubuhnya<br />

terputar-putar bagaikan kitiran cepatnya).<br />

Mengapa ia berbuat begitu? In Lie Heng terkenal lihay dalam ilmu pedang, tapi dalam Thay<br />

kek koen ia belum bisa menandingi Jie Lian Cioe. Ia lihat bahwa waktu menyambut Pek lek<br />

Loei hwee tan, kakak seperguruannya telah menggunakan seantero kepandaiannya. Ia<br />

mengerti bahwa apabila kelembekan kedua telapak tangannya mengandung sedikit saja te<strong>naga</strong><br />

kekerasan, peluru itu akan lantas meledak. Maka itu, untuk memunahkan te<strong>naga</strong> timpukan dan<br />

mencegah peledakan, ia memutar mutar kedua peluru itu dengan iringan telapak tangan<br />

dengan memutar mutar tubuhnya sendiri. Demikianlah, kalau Jie Lian Cioe bisa memunahkan<br />

te<strong>naga</strong> timpukan di telapak tangannya sendiri, In Lie Heng harus memunahkannya di tengah<br />

udara. Pada hakekatnya kepandaian Jie Jiehiap lebih tinggi daripada In Lie Heng, tapi apa<br />

yang diperlihatkan cara menyambut In Liok hiap banyak lebih indah daripada Jie Lian Cioe.<br />

Sesudah In Lie Heng memutar-mutarkan tubuhnya kurang lebih tiga puluh putaran, di empat<br />

penjuru lapangan terdengar sorak sorai gegap gempita.<br />

Sekonyong-konyong terdengar lagi suara “srr…srrr….” Dan delapan Loei hwee tan<br />

menyambar dengan saling susul.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1351

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!