20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie mendekati. Mayat itu mukanya melesak dan matanya terbuka lebar ternyata memang<br />

mayat Goan-tin atau Hoen-goan Pek lek chioe Seng Koen. Ia membungkuk dan meraba dada<br />

mayat yang dingin itu, suatu tanda bahwa Goan-tin sudah mati lama juga.<br />

Boe Kie berduka campur girang. Ia tak menyangka bahwa musuh besar ayah angkatnya<br />

binasa di tempat itu. Biarpun bukan ia sendiri yang membinasakannya, sakit hati sudah<br />

terbalas. Darahnya bergolak-golak dan sambil mendongak, ia tertawa terbahak-bahak.<br />

Bangsat! Oh, bangsat terkutuk! teriaknya. Selama hidup kau melakukan berbagai kejahatan<br />

tapi kau mendapat juga bagianmu di hari ini! Suara tawanya yang dahsyat seolah-olah<br />

menggetarkan seluruh lembah. Sesudah berteriak, ia menengok ke arah Kong seng dan<br />

bertanya, Siapa yang membinasakan Goan-tin?<br />

Kong seng tidka menyahut. Ia melirik pemuda itu dengan mata menyala dan mukanya<br />

bersinar dingin bagaikan es.<br />

Yang menjawab Boe Kie adalah In Thian Ceng, Dia telah bertempur dengan anakku, Ya Ong,<br />

katanya. Dia mati, anakku terluka.<br />

Boe Kie membungkuk. Di dalam hati ia berkata, Sesudah kena pukulan Han-peng Bian-ciang<br />

dari Ceng-ek Hok ong, Goan-tin terluka berat. Karena itu paman berhasil membinasakannya.<br />

Sungguh menyenangkan bahwa paman sudah berhasil membalas sakit hati ini. Ia<br />

menghampiri In Ya Ong dan memegang nadinya. Hatinya lega sebab ia tahu bahwa luka sang<br />

paman tidak berbahaya bagi jiwanya.<br />

Makin lama Kong seng jadi makin gusar. Tiba-tiba ia berteriak, Bocah! Kemari kau untuk<br />

menerima kebinasaan!<br />

Boe Kie terkejut, ia menengok dan menegaskan, Apa?<br />

Jelas-jelas kau tahu bahwa Goan-tin soetit sudah binasa tapi kau masih juga berusaha untuk<br />

menimpakan segala dosa di atas pundaknya, kata Kong seng. Kau terlalu jahat, dan aku tidak<br />

dapat mengampuni kau. Hari ini aku terpaksa membuka larangan <strong>membunuh</strong>. Pilihlah, kau<br />

mati bunuh diri atau dibinasakan olehku.<br />

Pemuda itu jadi bingung. Kebinasaan Goan-tin merupakan ganjaran setimpal bagi dirinya dan<br />

kejadian ini sangat menggirangkan, pikirnya. Tapi dengan binasanya pendeta itu, aku tak<br />

punya saksi lagi dan urusan jadi makin susah dipecahkan. Bagaimana baiknya?<br />

Selagi ia mengasah otak, Kong seng sudah menerjang. Tangan kanannya menyambar ke leher<br />

dengan jari-jari yang dipentang lurus.<br />

Hati-hati! Itu Liong Jiauw chioe! seru In Thian Ceng. (Liong Jiauw chioe ilmu pukulan cakar<br />

<strong>naga</strong>)<br />

Dengan sekali berkelit Boe Kie menyelamatkan dirinya, tapi Kong seng adalah salah seorang<br />

dari tiga pendeta suci Siauw lim sie dan Liong Jiauw chioe merupakan salah satu pukulan<br />

terhebat dari Siauw lim-pay. Baru saja cengkraman pertama gagal, cengkraman kedua yang<br />

lebih cepat dan lebih dahsyat sudah menyusul. Boe Kie melompat ke samping. Cengkraman<br />

ketiga, keempat, kelima menyambar-nyambar bagaikan hujan dan angin dalam sekejap,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 764

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!