20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hampir berbareng ia mengirim tendangan dan jalanan darah Cit sit hiap, dipinggang orang<br />

ketiga, kena tertendang. Musuh yang keempat coba melarikan diri, tapi Lian Cioe keburu<br />

menjambret pergelangan kakinya dan lalu melontarkannya keatas perahu. Mengingat, bahwa<br />

ketiga musuhnya pasti bakal mati kalelap jika tidak ditolong, ia segera melemparkan mereka<br />

satu persatu kekepala perahu dan kemudian barulah ia sendiri meloncat keatas perahu.<br />

Sementara itu sesudah bergulingan, musuh keempat melompat bangun dan lalu menikam dada<br />

Coei San dengan bornya. Melihat ilmu silat orang itu biasa saja, tanpa berkelit. Coei San<br />

menangkap pergelangan tangannya yang mencekal senjata kemudian menotok jalanan darah<br />

didada dengan sikutnya. Tanpa mengeluarkan teriakan, dia rubuh diatas geladak perahu.<br />

"Diantara yang berkumpul didarat kelihatannya terdapat beberapa orang yang berkepandaian<br />

tinggi", kata Lan Cioe. "Sesudah berhadapan, tak dapat kita berlaku sungkan lagi."<br />

Coei San mengangguk dan lalu memerintahkan juragan perahu untuk menjalankan kendaraan<br />

air itu. Karena mesti melawan arus air, jalanannya perahu perlahan sekali. Begitu berdekatan<br />

dengan enam perahu musuh, Lian Cioe mengangkat keempat tawanannya, membuka jalanan<br />

darah mereka dan lalu melemparkannya keperahu yang paling dekat. Tapi sungguh heran dari<br />

enam perahu itu sama sekali tidak terdengar suara manusia, belasan orang yang berkumpul<br />

didaratanpun tidak mengeluarkan sepatah kata, seolah-olah mereka semua gagu, sedang<br />

keempat orang yang barusan dilontarkan juga tak muncul lagi.<br />

Tiba-tiba, selagi perahu Lian Cioe mau melewati keenam perahu itu, seorang pendayung dari<br />

perahu musuh yang paling dekat mengayun tangannya dan hampir berbareng, dengan dua kali<br />

suara ledakan, kemudi perahu Lian Cioe terbakar dan perahunya sendiri terputar badannya.<br />

Yang dilemparkan oleh sipendayung yalah semacam dinamit yang biasa digunakan oleh para<br />

nelayan untuk mendinamit ikan. Hanya karena barang peledak itu dibuat luar biasa besar<br />

maka te<strong>naga</strong>nyapun jauh lebih bear daripada dinamit yang biasa.<br />

Dengan paras muka tetap menunjuk ketenangan, Lian Cioe melompat keperahu musuh.<br />

Sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, nyalinya sangat besar dan sampai pada saat itu, ia<br />

masih tetap tidak bersenjata.<br />

Kedatangan Jiehiap tidak digubris oleh sipendayung. "Siapa yang melemparkan dinamit?"<br />

bentak Lian Cioe. Tapi orang itu tidak menjawab dan lagaknya seperti orang gagu dan tuli.<br />

Lian Cioe segera masuk kegubuk perabu, dimana terdapat dua orang laki-laki yang duduk<br />

pada sebuah meja, tapi merekapun tidak bergerak dan tidak bersuara.<br />

Dengan mendongkol ia mencekal tengkuk salah seorang dan lalu mengankatnya tinggi-tinggi.<br />

"Hai! Kau jangan main gila!" bentaknya. tapi orang itu merarnkan kedua mata nya dan tetap<br />

menutup mulut.<br />

Sebagai seorang kenamaan dari Rimba Persilatan, Lian Coe sungkan mengunjak kegarangan<br />

terhadap seorang yang bukan tandingannya. Ia lalu melepasakan orang itu dan pergi<br />

kebelakang perahu, dimana ia bertemu dengau Coei San dan So So yang mendukung Boe Kie.<br />

Tiba-tiba So So berteriak "Awas! Penjahat menenggelamkan perahu!" Sesaat itu, air sudah<br />

mulai mencapai geladak perahu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba <strong>29</strong>7

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!