20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sebagai seorang jago yang berpengalaman, begitu melihat darah hitam yang mancur dari<br />

lengan si nona, orang itu sudah mengerti, bahwa ia telah berbuat suatu kehilafan. Ia merasa<br />

sangat menyesal dan menduga Thio Coei San telah mendapat luka berat karena pukulannya<br />

itu hebat luar biasa. Buru2 ia merogo saku dan mengeluarkan obat untuk diberikan kepada<br />

pemuda itu.<br />

Coei San menggelengkan kepala dan setelah melihat darah hitam sudah berubah merah,<br />

perlahan2 ia melepaskan lengan si nona. Ia menengok dan berkata sambil tertawa: "Te<strong>naga</strong><br />

pukulanmu sungguh tidak kecil."<br />

Orang itu kaget bukan main. Dengan pukulan serupa itu, entah sudah berapa banyak jago2<br />

binasa dalam tangannya Sungguh heran, pemuda itu seperti juga tidak merasakan apapun jua.<br />

Ia mengawasi dengan mulut ternganga dan berkata dengan suara ter-putus2 "Kau...kau..." Ia<br />

mengangsurkan tiga jari yang lalu ditempelkan kepada Coei San.<br />

"Biar aku main2 sedikit dengannya," pikir pemuda itu. yang segera mengerahkan Lweekang<br />

dan jantungnya lantas saja berhenti berdenyut serupa kepandaian yang hanya dimiliki oleh<br />

seorang yang Lweekangnya sudah mencapai puncak tertinggi.<br />

Begitu menyentuh nadi Coei San, paras maka orang itu berobah pucat karena nadi itu tidak<br />

mengetuk lagi. Dalam kagetnya, ia meraba dada pemuda itu dan hatinya mencelos, sehingga<br />

ia melompat kebelakang sambil mengeluarkan seruan tertahan.<br />

"In Kouwnio, apakah tuan ini sahabatmu ?" tanya Coei San sambil tersenyum. "Mengapa kau<br />

tidak memperkenalkannya kepadaku ?" Sambil berkata begitu, ia menyambuti saputangan<br />

yang di sodorkan oleh In So So dan lalu membalut luka dilengan nona itu.<br />

Mendengar suara Coei San yang tidak berubah sedikitpun jua, keheranan orang itu tak<br />

mungkin dilukiskan lagi.<br />

"Siang Tan coe, kau tak boleh kurang ajar!" membentak si nona. "Inilah Thio Ngo hiap dari<br />

Boe tong pay."<br />

Orang itu buru-buru memberi hormat dan berkata dengan suara kagum "Aha. Kalau begitu<br />

Thio Ngo hiap dari Boe tong Cit hiap! Tak heran jika Lweekangnya sedemikian tinggi. Aku<br />

yang rendah Siang Kim Peng dan aku memohon maaf untuk kekurang ajaranku."<br />

Coei San mengawasi orang itu yang berusia kurang lebih limapuluh tahun. Mukanya bopeng<br />

dengan otot-otot yang menonjol keluar dari telapak tangannya lebar seperti kipas sehingga<br />

selintas saja mengetahui, bahwa orang she Siang itu adalah seorang ahli silat Gwa kee. Ia<br />

mengerti bahwa jika lweekangnya belum sempurna betul, pukulan yang tadi sudah pasti akan<br />

mengambil jiwanya sendiri.<br />

Sesudah memberi hormat kepada pemuda itu. Siang Kim Peng lalu menjalankan peradatan<br />

dihadapan In So So yang menerimanya dengan sikap acuh tak acuh.<br />

Coei San jadi sangat beran. Dari pukulan Siang Kim Peng, ia tahu bahwa orang itu bukan<br />

sembarang orang. Tapi mengapa In So So berani bersikap begitu kurang ajar terhadapnya dan<br />

dia juga kelihatannya menerima baik sikap dari si nona.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 146

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!