20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie bingung. “Beng moay!” teriaknya. “Lepaskan Cioe Kauwnio!”<br />

“Aku…aku…tak bisa!”<br />

“Mengapa?”<br />

“Punggungnya menempel keras di telapak tanganku,” ia bicara dengan gigi gemeretukan dan<br />

tubuh bergoyang-goyang.<br />

Boe Kie jadi lebih bingung.<br />

“Thio Kauwcoe,” kata Lok Thung Kek. “Cioe Kauwnio berhati kejam, ia mengirim hawa<br />

dingin ke tubuh Cocoe Nio nio. Cocoe Nio nio menghadapi bahaya, apa tak baik kita<br />

berdamai saja?”<br />

“Berdamai bagaimana?”<br />

“Kita hentikan dulu pertempuran ini. Kami akan mengambil dua jilid kitab yang berada pada<br />

Cioe Kauwnio sedang kau bebas untuk menolong Koencoe.”<br />

Boe Kie mengeluarkan suara di hidung, ia tak dapat menyetujui usul itu. Ilmu silat Hian beng<br />

Jieloo sudah sangat tinggi. Jika memperoleh kedua kitab itu kepandaian mereka akan<br />

mencapai tingkat yang tak akan bisa ditaklukkan oleh siapapun juga. Ia menengok dan lihat<br />

muka Tio Beng yang putih berubah menjadi hijau, sedang parasnya menunjukkan penderitaan<br />

hebat. Ia mengerti bahwa ia tak boleh berpikir lebih lama lagi, tiba-tiba ia melompat mundur,<br />

mencekal telapak kanan si nona dengan tangan kirinya dan mengirim Kioe yang Cin khie.<br />

“Serang!” teriak Lok Thung Kek. Sebatang tongkat dan dua poan-koan pit segera<br />

menghantam bagaikan hujan dan angin.<br />

Begitu mendapat aliran Kioe yang Cin khie, Tio Beng yang darahnya sudah hampir membeku<br />

segera merasakan kehangatan yang sangat nyaman. Boe Kie mengerahkan seluruh te<strong>naga</strong>nya<br />

dan melawan dengan nekat. Tapi dengan cepat ia merasa tak tahan sebab ia harus<br />

menggunakan sebagian besar te<strong>naga</strong> dalamnya untuk menekan hawa dingin Hian beng Sin<br />

ciang dari kedua kakek dan Kioe im dari Cioe Cie Jiak dan bersamaan itu ia harus<br />

menggunakan Lweekang untuk melayani dua jagao kelas utama. Sesudah bertempur beberapa<br />

lama, kaki celana di bagian lututnya dirobek dengan poan koan pit dan darah mulai mengucur.<br />

Ia terdesak dan menghadapi bencana. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh Lweekang dan<br />

berteriak memanggil Yo Siauw dan kawan-kawannya. Tapi di lain saat ia mendengar<br />

bentakan-bentakan Yo Siauw dan Hoan Yauw serta suara beradunya senjata. Ia tahu bahwa<br />

mereka pun dikepung musuh.<br />

Karena kuatir datangnya bala bantuan, Hian beng Jieloo memperhebat serangan mereka.<br />

Sambil menggeram Lok Thung Kek mengirim tiga serangan berantai ke arah mata Boe Kie.<br />

Dengan telapak tangan Boe Kie berhasil menangkis serangan lawan, mendadak Ho Pit Ong<br />

menggulingkan diri di tanah dan menotok pinggangnya dengan poan koan pit kiri. Boe Kie<br />

tak keburu berkelit lagi, karena itu ia terpaksa mengerahkan Kian koen Tay lo ie utnuk<br />

memindahkan totokan itu, tapi karena si kakek menggunakan Lweekang yang sangat dahsyat,<br />

ia tidak bisa memastikan bahwa ia akan berhasil. “Tak!” pinggangnya tergetar<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1415

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!