20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mendadak terdengar pula suara itu : "Tolol! Sungguh tolol !" Cacian itu disusul dengan<br />

terbayangnya sebuah batu besar dan satu manusia melompat keluar dari lubang dibawah batu.<br />

Ternyata, siang-siang ia sudah bersembunyi dibelakang pohon dan kemudian, dengan<br />

menggali tanah,ia masuk kedalam lubang yang dibuatnya dibawah sebuah batu besar.<br />

Bukan main kagetnya semua orang, tidak terkecuali In So So, yang sambil mengeluarkan<br />

seruraan "ah!" lari mendekati Thio Coei San.<br />

Badan orang itu tinggi besar luar biasa, kira-kira lebih tinggi satu kaki dari manusia biasa.<br />

Rambutnya yang berwama kuning terurai dipundaknya sedang kedua matanya yang bersinar<br />

hijau bersorot tajam seperti pisau.<br />

Dalam tangannya, is mencekal sebatang toya Long gee pang yang panjangnya satu tombak<br />

tujuh kaki. Dengan tubuhnya yang seperti raksasa. Ia berdiri diantara meja-meja perjamuan<br />

bagaikan satu malaikat.<br />

"Kim mo Say ong?" Coei San tanya dirinya sendiri. "Siapa dia ? Aku belum pemah<br />

mendengar nama begitu, baik dari Soehoe, maupun dari lautan." Ia mendapat kenyataan,<br />

bahwa orang itu mengenakan jubab panjang yang terbuat dari macam-macam kulit binatang,<br />

seperti kulit harimau, kulit macan tutul, kulit kerbau, manjangan, biruang. anjing ajak, rase<br />

dan sebagainya. Sepotong demi sepotong kulit-kulit itu dijahit satu pada lainnya dan dilihat<br />

dari buatannya yang sangat halus, tukang yang membuatnya bukan sembarang tukang. Antara<br />

begitu banyak binatang, hanya kulit singa saja yang tidak terdapat pada pakaiannya itu. Coei<br />

San menduga, bahwa orang itu sangat menghormati binatang singa, sehingga ia menggunakan<br />

nama binatang itu sebagai gelarnya. Long gee pang atau toya gigi anjing ajak, yang dicekal<br />

oleh orang itupun lain daripada yang lain. Menurut kebiasaan, paku-paku yang merupakan<br />

gigi anjing ajak, hanya dipasang pada satu ujung dari Long gee pang. Tapi toya yang dicekal<br />

orang bukan saja panjang dan besar luar biasa, tapi juga dipasang paku-paku pada kedua<br />

ujungnya, sedang warna toya keemas-emasan, tapi bukan terbuat daripada emas.<br />

Sesudah dapat menenteramkan hatinya yang berdebaran, Pek Kwie Sioe maju setindak seraya<br />

bertanya : "Apakah aku boleh mengetahui she dan nama tuan yang mulia ?"<br />

"Aku she Cia, bernama Soen, alias Twie Soe," jawabnya. "Disamping itu aku juga<br />

mempunyai satu gelaran, yaitu Kim mo Say ong."<br />

Coei San dan So So saling melirik. Mereka sependapat, bahwa walaupun ganas, orang itu<br />

mempunyai nama dan gelar seperti seorang sasterawan.<br />

Mendengar jawaban yang pantas, hati Pek Kwie Sioe jadi lebih lega. "Oh, kalau begitu, aku<br />

sedang berhadapan dengan Cia Sianseng," katanya sambil membungkuk.<br />

"Sebegitu jauh yarg diketahui olehku, Sianseng dan kami sama sekali belum pemah<br />

berurusan, malah belum pernah mengenal satu sama lain. Tapi mengapa, begitu tiba<br />

Sianseng segera merusak perahu dan <strong>membunuh</strong> orang !"<br />

Cia Soen tersenyum dan memperlihatkan dua baris giginya yang putih dan berkilat. "Perlu apa<br />

tuan-tuan berkumpul ditempat ini?" ia balas menanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 169

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!