20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Souw Toako, kata nona Ciam dnegan suara lemah lembut. Cobalah kau piker kesukaran<br />

Siauw Moay dalam hal ini. Kalau kau saja yang memberitahukan Soehoe pasti tak percaya<br />

dan Siauw Moay akan mendapat hukuman. SIauw Moay dihukum tak menjadi soal. Tapi jika<br />

kelima saudara seperguruanku sampai salah tangan dan mencelakakanmu8, Siauw Moay tentu<br />

akan merasa tidak enak sekali.<br />

Sesudah menghadapi kematian bersama-sama dan setelah bergaul beberapa hari, dalam hati<br />

kedua orang muda itu sudah timbul perasaan yang wajar, yaitu perasaan cinta. Mendengar<br />

bujukan si nona yang sangat beralasan, kegusaran Hie Cie lantas saja mereda. Di dalam hati<br />

iapun mengakui kebenaran perkataan Ciam Coen. Sebegitu lama persoalan ini belum dapat<br />

diselesaikan langsung dengan Thie Khim Sianseng, sebegitu lama jiwanya terancam bahaya.<br />

Melihat Hie Cie masih membungkam, nona Ciam berkata pula. Begini saja. Sekarang kau ikut<br />

aku ke Kun lun san. Sesudah itu, jika kau mempunyai urusan penting yang harus diselesaikan,<br />

Siauw Moay akan menemani kau untuk membereskannya. Bagaimana pikiranmu?<br />

Hie Cie jadi girang. Baiklah, katanya. Tapi apakah gurumu akan percaya keteranganku?<br />

Soehoe sangat menyayang aku, jawab si nona. Kalau aku memohon, ia pasti takkan<br />

mencelakakan kau.<br />

Mendengar perkataan-perkataan nona Ciam, Hie Cie segera mengetahui, bahwa gadis itu<br />

sudha jatuh cinta kepadanya. Diam-diam ia bergirang dan merasa sangat beruntung. Ia<br />

berpaling kepada Boe Kie seraya berkata, Saudara kecil, mari kita ke Koen loen san beramairamai.<br />

Di jalan kita takkan merasa kesepian.<br />

Koen loen san ribuan mil panjangnya dengan puncak-puncak yang tak terhitung beberapa<br />

banyaknya, kata Ciam Coen. Aku sendiri tak tahu di mana letak Coe-bong-heng. Tapi kita<br />

bisa menyelidiki perlahan-lahan dan aku merasa pasti, kita akan dapat menemukannya.<br />

Pada keesokan harinya, Hie Cie menyewa sebuah kereta untuk Boe Kie dan Poet Hwie sedang<br />

ia sendiri bersama nona Ciam mengikuti dengan menunggang kuda. Setibanya di sebuah kota<br />

besar, Ciam Coen membeli pakaian baru untuk kedua anak itu. Sesudah menukar pakaian<br />

yang pantas, Boe Kie berubah menjadi seorang anak tanggung yang berparas tampan dan<br />

angker, Poet Hwie seorang gadis cilik yang ayu dan jelita. Sesudah dapat makan dan ngaso<br />

cukup, perlahan-lahan badan mereka menjadi lebih gemuk.<br />

Makin hari hawa udara makin dingin. Dengan melindungi Hie Cie dan Ciam Coen, perjalanan<br />

berlangsung dengan licin, tanpa menemui halangan apapun jua. Sesudah tiba di Seek hek<br />

Koen-loen yang besar dan angker itu berada di depan mata. Mereka berjalan terus dengna<br />

banyak derita, karena harus melalui gurun pasir dalam hawa udara yang sangat dingin.<br />

Pada suatu hari, mereka tiba di Sam seng youw (Lembah tiga malaikat) dari Koen loen san.<br />

Begitu masuk di dalam lembah, mereka melihat pohon-pohon luar biasa dan mengendus bau<br />

harum yang tak kurang anehnya. Souw Hie Cie, Boe Kie dan Poet Hwie merasa kagum bukan<br />

main. Mereka tak pernah menduga, bahwa di lembah itu terdapat pemandangan yang<br />

sedemikian indah seolah-olah di dalam surga. Di samping itu, hawanyapun tak begitu dingin,<br />

karena gunung-gunung yang mengitarinya menahan masuknya hawa dingin.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 512

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!