20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Biarpun buta dan biarpun dikerubuti berempat Cia Soen tidak jatuh dibawah angin. Boe Kie<br />

yg belum pernah melihat ayah angkatnya yg sedang ramai bertempur dia merasa kagum<br />

sekali. Tak heran nama Kim mo say ong Cia Soen menggetarkan Rimba Persilatan. Ilmu<br />

silatnya lebih tinggi daripada Ceng Ek Hok Ong, Wie It Siauw dan kira2 setanding dengan<br />

kakeknya.<br />

Tapi ke empat musuh itupun bukan lawan enteng. Karena jauh, Boe Kie tidak bias melihat<br />

dengan jelas muka mereka. Tapi dilihat dari pakaian mereka yg compang camping dan karung<br />

yg menggemblok dipunggung mereka sudah dapat dipastikan mereka adalah anggota<br />

Kaypang. Tiga orang lain berdiri menonton, kalau empat kawannya kalah, mereka tentu turut<br />

turun tangan.<br />

Tiba2 teriakan seseorang, “Serahkan To liong to! Golok tukar dengan jiwa!”<br />

Meskipun kuping nya tajam, Boe Kie tidak bias menangkap semua perkataan itu. Tapi ia<br />

sudah tahu, bahwa musuh itu dating menyateroni untuk merebut To liong to!<br />

Cia Soen tertawa terbahak bahak, “To liong to ada disini! Ambillah sendiri, kalau kau<br />

mampu!” teriaknya. Sedang mulutnya berbicara, perlawanannya sedikitpun tak menjadi<br />

kendor.<br />

Dengan sekali berkelebat, Kim hoa popo sudah medarat. Sambil batuk2 ia berteriak, “Para<br />

pendekar Kaypang! Apa maksud kalian? Tanpa bicara dulu dengan si nenek, kalian<br />

mengganggu tamu terhormat dari Leng coa to.”<br />

Sekarang Boe Kie mendapat kepastian, bahwa pulau itu benar Leng coa to. Ia merasa sangat<br />

heran. Dulu ayah angkatnya menolak untuk kembali ke Tong Goan. Mengapa kini ia suka<br />

mengikuti Kim hoa popo? Cara bagaimana si nenek tahu, bahwa ayah angkatnya berada di<br />

Peng Hwee To?<br />

Mendengar teriakan nyonya rumah, keempat orang itu rupa2nya menjadi bingung. Dalam<br />

usaha untuk menjatuhkan Cia Soen secepat mungkin, mereka memperhebat serangan. Tapi<br />

dengan berbuat begitu, mereka melakukan kesalahan besar. Dia orang buta, Cia Soen<br />

melawan dengan mengandalkan kupingnya. Ia menangkis setiap serangan dengan mendengar<br />

sambaran angin dari pukulan2 musuh. Dengan memperhebat serang mereka2, sambaran2 jadi<br />

makin keras dan hal ini bahkan memunahkan perlawanan Cia Soen. Dilain saat, seraya<br />

membentak keras Cia soen meninju dan tinju itu mampir didada salah seorang musuh. Orang<br />

berteriak dan roboh tergelincir kebawah, akan kemudian jatuh diatas batu, sehingga kepalanya<br />

hancur.<br />

Melihat begitu, salah seorang yang nonton lantas saja membentak, “Mundur!” Ia melompat<br />

dan meninju, Ia meninju dengan te<strong>naga</strong> yg “seperti ada dan seperti tidak ada” sehingga Cia<br />

soen tak bias membedakan arah sambarannya. Waktu tinju hanya terpisah beberapa dim dari<br />

tubuhnya, barulah ia bisa merasakan sambarannya dan menangkis dengan terburu2. sementara<br />

itu, ketiga orang yg tadi mengerubuti sudah melompat keluar dari gelanggang. Dilain saat<br />

seorang kakek lain yg tdai menonton turut membantu kawannya. Ia pun menyerang dengan<br />

pukulan2 “lembek” sehingga baru saja bertempur beberapa jurus Cia Soen sudah jd report<br />

sekali.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1030

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!