20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tiba tiba, ia mencengkeram punggung Boe Kie dan melemparkannya kegetek dan kemudian<br />

melontarkan juga Coei San dan So So. "Ngotee! So moay! Boe Kie!" teriaknya dengan suara<br />

duka. "Semoga perjalananmu diiring dengan angin baik dan siang-siang kembali di Tiong<br />

goan."<br />

Melihat majikannya sudah berada digetek, si kera putihpun buru-buru melompat kegetek itu.<br />

"Giehoe! Giehoe!" sesambat Boe Kie.<br />

Cia Soen mencabut pula To liong to dengan membentak dengan suara angker: "Jika kamu<br />

turun lagi, Kamu akan temukan mayatku!"<br />

Karena terpukul arus air, perlahan lahan getek itu meninggalkan pulau. Makin lama bayangan<br />

Cia Soen jadi makin kecil. Coei San dan So So mengerti bahwa keputusan kakak mereka<br />

sudah tak dapat diubah lagi. Mereka tak bisa berbuat lain daripada nengulap-ulapkan tangan<br />

dengan rasa sedih dan berterima kasih tak habisnya.<br />

Sesudah berada dilautan terbuka Coei San bertiga tidak mengenal arah dan membiarkan getek<br />

itu berlayar semau maunya. Apa yang diketahui<br />

mereka, ialah setiap pagi matahari naik dari sebelah kiri dan setiap sore, turun dari sebelak<br />

kanan. Saban malam, mereka bisa melihat bintang Pak kek dibelakang getek. Siang malam,<br />

dengan perlahan getek itu bergerak maju.<br />

Selama kurang lebih dua puluh hari, Coei san tak berani memasang layar sebab kuatir getek<br />

itu membentur dengan gunung es. Tanpa layar, walau pun terbentur, benturan itu tidak keras,<br />

dia tak akan mencelakakan. Sesudah berpisahan dengan gunung es, barulah mereka<br />

menaikkan layar.<br />

Dengan bantuan angin utara yang meniup tak henti-hentinya, getek itu mulai maju kearah<br />

selatan dengan pesat sekali. Dasar nasib baik, ditengah parjalanan mereka tidak pernah<br />

bertemu dengan badai dan dilihat tanda tandanya, mungkin mereka akan bisa pulang dengan<br />

selamat.<br />

Selama sebulan Coei San dan So So tak pernah menyebut-nyebut Cia Soen, karena kuatir<br />

menbangkitkan kedukaan Boe Kie. Pada suatu hari sambil mengawasi permukaan air, tanpa<br />

merasa So So berkata "Toako benar-benar seorang luar biasa. Ia bukan saja tinggi ilmu silat<br />

nya, tapi juga paham lain-lain ilmu "<br />

"Ibu, menurut katanya Giehoe, selama setengah tahun angin meniup keselatan dan setengah<br />

tahun lagi meniup ke utara," kata Boe Kie. "Biarlah lain tahun kira kembali ke Peng hwee to<br />

untuk menengok Giehoe."<br />

"Benar," kata Coei San "Sesudah kau besar, kita beramai-rarnai mengunjungi lagi pulau itu."<br />

"Apa itu?" So So memutuskan perkataan suaminya seraya menuding keselatan.<br />

Jauh-jauh, digaris pertemuan antara angit dan laut, terlihat dua titik hitam.<br />

Coei San terkesiap. "Apa ikan paus ?" katanya dengan suara ditenggorokan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 262

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!