20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Mereka hanya main-main untuk menjajal Lwee kang siapa yang lebih tinggi," So So<br />

mendahului.<br />

Bocah itu tak percaya. "Giehoe," katanya pula. "Apa waktu itu kedua matamu sudah bute"<br />

"Boo Kie ! Jangan ngaco!" bentak sang ibu dengan rasa terkejut.<br />

Cia Soen bersenyum. "Belum, waktu itu aku belum buta," jawabnya. "Mengapa kau menanya<br />

begitu?"<br />

Mendengar jawaban ayah angkatnya, Boe Kie segera berkata lagi: "Kalau begitu, mungkin<br />

sekali karena ayah tidak bisa mengalahkan Giehoe, maka ibu sudah turun tangan dan<br />

membutakan ke dua matamu...."<br />

"Boe Kie!" bentak Coei San dan So So denngan berbareng sehingga anak itu ketakutan dan<br />

tidak berani membuka suara lagi.<br />

"Tak boleb kamu menakut-nakuti anak itu," kata sang kakak, "Boe Kie, tebakanmu tak salah.<br />

Bagaimana kau dapat rnenebaknya?"<br />

Bocah itu mengawasi kedua orang tuanya dan menjawab dengan suara terputus-putus: "Aku...<br />

aku...."<br />

"Kau benar," kata sang ayah angkat. "Waktu itu, sebab ayahmu tidak bisa mengalahkan aku,<br />

ibumu sudah turun tangan dan menimpuk kedua mataku. Tapi kejadian itu sudah terjadi lama<br />

sekali dan orang yang bersalah adalah aku sendiri. Aku sama sekaili tidak menjadi gusar.<br />

Apakah kau dengar dari ibumu ?"<br />

Ia tahu, bahwa So So tak mungkin menceritakannya kepada puteranya, tapi ia sengaja<br />

mengajukan pertanyaan itu supaya Coei San dan So So tidak bisa mencegah penjelasan si Boe<br />

Kie.<br />

"Tidak ! Ayah dan ibu sama sekali belum pernah menuturkan kejadian itu kepadaku," jawab<br />

Boe Kie. "Beberapa hari yang lalu ibu mengatakan, bahwa ia mau mengajar aku menimpuk<br />

dengan jarum emas, tapi pada esok harinya, ia membatalkan janji. Menurut dugaanku,<br />

ayahlah yang sudah melarang ibu, karena ia kuatir hal itu mengingatkan Giehoe akan kejadian<br />

kejadian yang lampau."<br />

Cia Soen tertawa terbahak bahak. "Ngote, So moay, anak kita lebih pintar lima kali lipat dari<br />

pada aku dan lebih cerdas sepuluh kali lipat dari pada kamu berdua," katanya dengan suara<br />

girang dan bangga, "Hmm . . .! Aku tak bisa menebak kelihayannya dibelakang hari ."<br />

Tanpa terasa Coei San dan So So mengulur tangan mereka dan mencekal tangan sibocat erat<br />

erat. Mereka merasa sangat girang. tapi kegirangan itu tercampur dengan rasa kuatir. Coei San<br />

kuatir, bahwa karena terlalu pintar dihari kemudian anak itu akan menyeleweng. Sedang So<br />

So sendiri kuatir puteranya tidak bisa berumur panjang.<br />

"Giehoe," kata pula Boe Kie sambil tertawa. "Dengan berkata begitu, bukankah Giehoe lebih<br />

pintar dua kali lipat daripada ayah dan ibu ?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 255

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!