20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

cincin besi dari telunjuk kirinya dan berdiri tegak, “Murid wanita Go Bie Pay, Cioe Cie Jiak,<br />

kau berlututlah untuk menerima amanat! katanya dengan suara angker.<br />

Cie Jiak terkejut dan segera menekuk lututnya.<br />

Sambil mengangkat cincin besi itu tinggi-tinggi, Biat Coat Soethay berkata pula.<br />

“Ciang Boen Jin Go Bie Pay turunan ketiga pendeta wanita Biat Coat, dengan ini<br />

menyerahkan kedudukan Ciang Boen Jin kepada murid wanita turunan keempat, Cioe Cie<br />

Jiak.<br />

Tak kepalang kagetnya nona Cioe. Sedang kepalanya masih pusing sebagai akibat<br />

pengucapan sumpah yang berat itu, ia mendapat lain kekagetan hebat. Ia hanya mengawasi<br />

sang guru dengan mulut ternganga dan mata membelalak.<br />

“Cioe Cie Jiak, keluarkan tangan kirimu untuk menerima cincin besi sebagai tanda Ciang<br />

Boen Jin dari partai kita, kata pula si nenek.<br />

Bagaikan seorang linglung, si nona menyodorkan tangan kirinya dan sang guru segera<br />

memasukkan cincin itu ke telunjuknya.<br />

Sekarang baru Cie Jiak bisa membuka suara, “soehoe katanya dengan suara bergemetar,<br />

teecoe masih sangat muda dan belum lama belajar ilmu, cara bagaimana teecoe bisa memikul<br />

beban yang begitu berat? Soehoe jangan berkata begitu, dengan sesungguhnya teecoe tak<br />

dapat… “ ia tak dapat meneruskan perkataannya dan sambil menangis ia memeluk kedua betis<br />

gurunya.<br />

Mendengar suara tangisan, Lok Thung Kek yang sudah sangat tidak sabaran, lantas saja<br />

mengetuk pintu, “Hei! Apa belum beres? teriaknya.<br />

“Jangan rewel! bentak Biat Coat. Ia mengawasi si murid dan berkata dengan suara<br />

menyeramkan, “Cie Jiak, apakah kau membantah perintah gurumu? tanpa menunggu<br />

jawaban, ia segera menyebutkan peraturan dan larangan bagi seorang Ciang Boen Jin Go Bie<br />

Pay dan menyuruh murid itu menghafal larangan tersebut.<br />

Nona Cioe jadi makin bingung. Dengan air mata bercucuran, ia berkata, “soehoe, teecoe….<br />

Sungguh-sungguh…. Tak…. Sanggup… “<br />

“Cie Jiak! bentak si nenek dengan gusar. “Apa benar-benar kau mau membantah perintahku?<br />

Seorang murid yang melawan kemauan guru adalah murid yang menghina guru, tapi<br />

meskipun suaranya keras hatinya sedih seperti tersayat pisau. Ia merasa kasihan terhadap<br />

muridnya itu. Ia bakal segera meninggalkan dunia ini dan secara mendadak ia menaruh beban<br />

seberat itu di atas bahu seorang wanita muda yang lemah. Memang mungkin sekali Cie Jiak<br />

tidak menunaikan tugasnya secara memuaskan. Akan tetapi ia tahu, bahwa diantara muridmurid<br />

Go Bie Pay, nona Cioe-lah yang paling cerdas otaknya. Demi kepentingan dan<br />

kemakmuran Go Bie Pay, hanyalah dia seorang yang pantas menjadi Ciang Boen Jin. Ia dapat<br />

membayangkan, bahwa sesudah ia pulang ke alam baka, murid kecil itu akan menghadapi<br />

macam-macam kesukaran dan penderitaan. Mengingat begitu, bukan main rasa dukanya.<br />

Dengan kedua tangan ia membangunkan Cie Jiak yang lalu dipeluknya. “Cie Jiak, katanya<br />

dengan suara lembut. “kau dengarlah, bahwa aku sudah menyerahkan kedudukan Ciang Boen<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 985

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!