20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mendengar pendeta itu tidak menggunakan panggilan "Thio Ngo hiap atau Thio ngoya, Coei<br />

San jadi mendongkol. Diantara Boetong Cit Hiap, biarpun gerak geriknya sopan dan paras<br />

mukanya halus, dialah yang berada paling tinggi. (peep: what's that mean?) Dalam<br />

kedongkolannya, ia segera menyahut dengan suara dingin: "Tanpa menanyakan lebih dulu<br />

siapa yang salah, siapa yang benar, dengan bersembunyi dikaki tembok, Tay soe sudah<br />

membokong aku. Apakah perbuatan itu perbuatan seorang gagah? Kudengar ilmu silat Siauw<br />

Lim menggetarkan seluruh dunia, tapi aku tak nyana di antara orang Siauwlim ada juga yang<br />

pandai membokong."<br />

Bukan main gusarnya hweeshio itu. Dengan sekali menggenjot tubuh, ia melesat ke atas<br />

tembok, sedangkan kedua kakinya belum hinggap ditembok, toyanya sudah menyambar.<br />

Dengan cepat Coei San mangangkat Hauw tauw kauw untuk menahan sambaran Sian thung<br />

dan dengan berbareng Poan koan pit nya menotok senjata lawan, "Trang!" ujung Poan koan<br />

pit membentur Sian thung dengan dahsyatnya. Kedua tangan pendeta itu tergetar dan<br />

tubuhnya melayang kebawah lagi, tapi kedua lengan Coei San juga kesemutan sehingga ia<br />

jadi kaget. Ia mengerti bahwa kini ia berhadapan dengan seorang yang berilmu tinggi dan jika<br />

mereka berdua mengrubuti, ia mungkin tak mampu membela diri.<br />

"Siapa Jie wi?" bentaknya.<br />

"Pinceng adalah Goan im" jawab pendeta yang berdiri disebelah kanan "Yang ini adalah<br />

Soeteku Goan giap."<br />

Buru-buru Coei San menundukkan senjatanya dan sambil mengangkat kedua tangan, ia<br />

berkata: "Ah! Kalau begitu, Jie wie Taysoe adalah dari Siauw lim Cap peh Lohan. Sudah<br />

lama aku mendengar nama Taysoe yang sangat harum dan aku merasa beruntung, bahwa hari<br />

ini kita bisa bertemu muka. Pelajaran apakah yang mau diberikan oleh Taysoe ?"<br />

"Soal ini bersangkut paut langsung dengann Siauw Lim dan Boe tong pay," jawab Goan Im.<br />

"Kami berdua adalah orang orang yang berkedudukan sangat rendah dalam Siauw lim pay<br />

dan sebenarnya kami tak dapat mengurus persoalan ini. Tapi karena sudah terlanjur bertemu,<br />

kami tanya mengapa Thio Ngo hiap membinasakan puluhan orang dari Liong boen Piauw<br />

kiok dan dua Soetit (keponakan murid) kami? Orang kata, jiwa manusia bersangkut paut<br />

dengan Langit. Kami ingin dengar, bagaimana Ngo hiap mau membereskan peristiwa ini."<br />

Kata-kata itu meskipun diucapkan deugan perlahan, kedengarannya sangat menusuk kuping,<br />

sehingga dapatlah diketahui, bahwa kepandaian pendeta tersebut banyak lebih tinggi dari pada<br />

adik seperguruannya.<br />

Thio Coei San tertawa dingin. "Mengenai permbunuhan terhadap orang-orang Liong boen<br />

Piauw kiok, aku sendiripun merasa sangat heran," jawab nya. "Disamping itu, aku juga tidak<br />

mengerti, mengapa begitu membuka mulut, Taysoe sudah menuduh aku. Apakah kejadian itu<br />

disaksikan dengan mata kepala Taysoe sendiri ?"<br />

"Hoei hong!" teriak Goan im. "Coba kau memberi kesaksian di hadapan Thio Ngo hiap."<br />

Dari belakang pohon lantas saja muncul empat orang pendeta yang tadi dirobohkan Coei San<br />

dalamm gedung Liong boen Piauw kiok.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 123

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!