20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

agaikan "gelombang dahsyat." Dak!” kedua telapak tangan Cie Jiak mampir tepat di<br />

dadanya. Dengam demikian ia seperti juga menerima pukulan berbareng dari dua musuh.<br />

Biarpun kuat, Kioe yang Sin kang tidak cukup kuat untuk melindungi tubuhnya dari serangan<br />

itu. Apa pula pukulan Cie Jiak tiba pada detik yang "kosong,” yaitu pada detik te<strong>naga</strong>nya baru<br />

saja digunakan dan te<strong>naga</strong> baru belum keburu dikerahkan. Tak ampun lagi Boe Kie<br />

terjengkang, matanya gelap dan ia muntah darah. Cie Jiak tahu, bahwa dalam pertandingan<br />

biasa ia bukan tandingan Boe Kie. Maka itu begitu berhasil dengan bokongannya ia segera<br />

mementang jari-jari tangan kirinya dan coba mencengkeram dada Boe Kie.<br />

Untung sungguh meskipun terluka berat, pikirannya anak ini tidak menjadi kalut. Melihat<br />

sambaran tangan, mati-matian ia menggeser tubuhnya. "Bret!" bajunya dibagian dada robek<br />

semakin membesar. Cie jiak lantas saja mementang jari-jari tangan kanannya dan bergerak<br />

untuk menancapkannya didada itu.<br />

Pada saat itu, Boe Kie sudah tidak bisa ditolong atau menolong diri. Jie Lian Cioe tertendang<br />

hiatnya dibagian lutut dan tidak bisa bergerak, sedang ln Lie Heng tidak keburu menolong<br />

lagi.<br />

Tangan Cie Jiak terangkat - . - tapi tangan itu mendadak berhenti ditengah udara. Mengapa?<br />

Sebab matanya melihat bekas luka didada itu dan dalam otaknya lantas berkelebat peristiwa<br />

diatas Kong beng teng, waktu ia melukai Boe Kie dengan Ie thian kiam. Mengingat itu, rasa<br />

kemanusiaannya mendadak muncul dan gerakan tangannya terhenti.<br />

Dilain detik In Lie Heng, Wie It Siauw, Yo Siauw dan Hoan Yauw menubruk dengan<br />

berbareng. Wie It Siauw menghadang didepan pemimpinnya, Yo Siauw dan Hoan Yauw<br />

menyerang Cie Jiak dari kiri dan kanan, sedang In Lie Heng lalu mendukung Boe Kie dan<br />

membawanya ke luar lapangan.<br />

Keadaan jadi kalut. Murid murid Go bie dan pendeta2 Siauw lim berteriak-teriak dan<br />

menyerbu dengan senjata terhunus. Melihat Boe Kie sudah disingkirkan, Yo Siauw dan Hoan<br />

Yauw lantas mengundurkan diri. Wie It Siauw lalu mendukung Jie Lian Cioe dan kembali ke<br />

gubuk Beng kauw.<br />

Muka dan pakaian Boe Kie berlumuran darah. Orang yang paling kaget adalah Tio Beng,<br />

sehingga mukanya berubah pucat pasi. Boe Kie tersenyum dan berkata dengan suara perlahan,<br />

"Tak apa-apa," ia segera bersila dilantai dan perlahan-lahan mengerahkan Kioe yang Cin khie<br />

untuk mengobati lukanya.<br />

"Siapa lagi yang mau memberi pelajaran kepadaku?" teriak Cie Jiak.<br />

Hoan Yauw segera mengencangkan ikatan pinggangnya dan bertindak keluar gubuk. "Hoan<br />

Yoe soe!" seru Boe Kie. "Aku memerintahmu - . - kau tidak boleh bertanding. Kita - - - kita<br />

menyerah kalah,” Sehabis berkata begitu ia muntah darah lagi.<br />

Hoan Yauw tidak berani membantah. Jika ia keluar juga, luka sang Kauwcoe pasti akan<br />

bertambah berat. Apapula satu pertandingan melawan Cie Jiak hanya berarti kebinasaannya.<br />

Beberapa kali Cie Jiak menantang tanpa mendapat jawaban. Bahwa Boe Kie terluka sebab<br />

menarik pulang te<strong>naga</strong>nya sendiri, tidak diketahui oleh orang lain. Para hadirin hanya<br />

menganggap bahwa nyonya itu lebih tinggi ilmunya dan bahwa dia sudah mengampuni jiwa<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1369

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!