20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Benar, ilmu silat memang dapat dipertinggi dengan pelajaran dan latihan. Sungai dan gunung<br />

mudah diubah, tapi watak manusia susah di ubah."<br />

Sebenarnya Cioe Cie Jiak sendiri sudha ketakutan setengah mati dan keberaniannya muncul<br />

karena ia ingat pesan sang guru. Sementara itu dimata saudara saudari seperguruannya derajat<br />

nona Cioe naik tinggi. Ia sudah memperlihatkan kemuliaan hatinya bahwa dengan<br />

menyampingkan kepenting pribadi ia sudah menolong Teng Bin Koen. Ia pun sudah<br />

membuktikan wataknya yg kuat dalam menghadapi kebinasaan.<br />

Mendadak Ceng coe mengibaskan pedangnya dan memberi komando dengan teriakan. Para<br />

murid Go bie lantas saja berpencaran, menghunus senjata dan mengurung pendopo itu.<br />

"Apa kau mau?" tanya si nenek sambil tertawa.<br />

"Apa maksud popo dengan menculik cian boenjin partai kami?" Ceng Coe balas menanya.<br />

Si nenek batuk2. "Apa kamu mau menekan aku dengan jumlah yg lebih besar?" tanyanya<br />

dengan suara memandang rendah. "Huh, huh.... Di mata Kim Hoa popo, sepuluh kali lipat<br />

lebih besar dari jumlahny ini masih belum masuk hitunganku." Mendadak ia melepas Cie<br />

Jiak, badannya berkelebat dan tahu2 jari2 nya menyambar mata Ceng Coe. Nie Kauw itu<br />

menangkis dengan pedangnya, tapi hampir berbareng dengan teriakan kesakitan dan seorang<br />

sumoi sudah terguling disampingnya. Gerakan Kim hoa popo cepat sekali dan aneh.<br />

Berbareng dengan serangannya kepada Ceng Coe, kaki kirinya menendang pinggang seorang<br />

murid Go Bie yg lain. Di lain saaat tubuh nenek itu berkelebat kelebat diseputar pendopo dan<br />

diantara suara batuk2 kaki tangannya menyambar nyambar. Dengan nekad para murid Go Bie<br />

melawan dengan senjata mereka. Tapi mereka tidak bisa berbuat banyak. Dalam sekejap tujuh<br />

delapan orang sudah roboh dengan jalan darah tertotok. Totokan si nenek hebat luar biasa.<br />

Mereka menjerit jerit dan berguling ditanah.<br />

Beberapa saat kemudian, sambil menepuk kedua tangannya, Kim hoa popo sudah kembali<br />

kependopo. Cioe Kauwnio bagaimana pendapatmu? tanyanya. “Apa ilmu silat Go Bie atau<br />

ilmu silat Kim Hoa popo yg lebih unggul?<br />

“Tentu saja ilmu silat kami yg lebih unggul, jawabnya. “Apa popo sudah lupa kekalahan<br />

dalam tangan Siansoe?<br />

Mata si nenek melotot. “Biat coat loo nie menang berkat Ie thian kiam, bentaknya dengan<br />

gusar. “Dia bukan menang sewajarnya.<br />

“Popo, kata Cie Jiak, “Cobalah kau bicara menurut perasaan hatimu, dengan sejujurnya. Siapa<br />

yg lebih unggul andaikata Siansoe dan Popo bertanding dengan tangan kosong?<br />

Si nenek tidak lantas menjawab. Untuk sejenak ia mengawasi muka si nona. Akhirnya ia<br />

menggelengkan kepala dan berkata.<br />

“Entahlah. Aku datang kekota raja justru untuk mendapat keputusan siapa diantara kita yg<br />

lebih unggul. Hai! Sesudah Biat coat Soethay meninggal. Rimba persilatan kehilangan<br />

seorang tokoh yg berkepandaian tinggi. Hai! Mulai dari sekarang, Go Bie pay menjadi partai<br />

yg lemah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1021

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!