20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Melihat sorot mata memohon dari sinona, Coei San merasa tak tega untuk menolak dan lantas<br />

saja duduk dikursi itu. Nona In jadi sangat girang dan sambil bersenyum-senyum, ia menuang<br />

secawan arak.<br />

Di lain pihak melihat duduknya Coei San di samping nona In, walaupun sudah berhasil<br />

merebut kedudukan utama, Kok Cek Seng dan Chio Tauw jadi semakin medongkol. Pada<br />

sebelum mereka duduk dikedua kursi itu, Pek Kwie Sioe menyelak dan mengebut-ngebut<br />

kursi itu dengan menggunakan tangan bajunya. "Memang pantas Taykiamkek dari Koen loen<br />

pay duduk dikursi utama," katanya sambil tertawa. "Duduklah." Sehabis berkata begitu,<br />

dengan bersama Siang Kim Peng dan sepuluh Hio coe, ia segera kembali ke tempat<br />

duduknya.<br />

Dengan anggapan bahwa mereka sudah berhasil menindih lawannya, Ko Cek Seng dan Chio<br />

Tauw segera duduk dikedua kursi itu. Tapi berbareng dengan suara "krekek", kaki kursi patah<br />

dan mereka rubuh terjengkang. Untung juga, sebagai ahli-ahli silat, begitu rubuh, begitu<br />

mereka melompat bangun. Tak usah dikatakan lagi, mereka malu bukan main, lebih-lebih<br />

karena para hadirin tertawa terbahak-bahak. Ko Cek Seng mengerti, bahwa patahnya kaki<br />

kursi adalah karena perbuatan Pek Kwie Sioe yang mengerahkan Lwee-kang pada waktu<br />

mengebut-ngebut dengan tangan bajunya. Ia yakin, siorang she Pek telah menggunakan<br />

te<strong>naga</strong> Im kin (te<strong>naga</strong> dingin) yang tidak dipunyakan olehnya sendiri. Ia adalah seorang yang<br />

sombong dan sama sekali tidak memandang mata kepada Peh bie kauw yang dianggapnya<br />

sebagai agama menyeleweng.<br />

Mimpipun ia tak pernah mimpi, bahwa dalam Peh bie kauw terdapat orang yang<br />

berkepandaian sedemikian tinggi.<br />

Sementara itu, dengan suara tawar Pek Kwie Sioe berkata pula: "Semua orang tahu, bahwa<br />

ilmu silat Koen loen pay lihay luar biasa. Akan tetapi, janganlah Jie wie menumplek hawa<br />

marah kepada kursi itu. Ilmu yang barusan diperlihatkan Jie wie, aku yakin dimiliki oleh<br />

semua orang yang hadir disini." Ia menuding kepada sepuluh orang Hiocoe yang duduk<br />

dimeja paling ujung, Hampir ber bareng, diiringi dengan suara "krekek-krekek", sepuluh kursi<br />

patah kakinya dan sepuluh Hio coe itu bangun berdiri dengan sikap tenang.<br />

Sekali lagi para hadirin bersorak sorai, sedang paras muka kedua jago Koen loen pay jadi<br />

pucat bagaikan mayat.<br />

Diantara sorakan tiba tiba dua orang Hio coe menghampiri meja utama dengan masingmasing<br />

mendukung sebuah batu besar. "Kursi kayu tidak cukup kuat untuk diduduki oleh<br />

kalian," kata satu antaranya "Jie wie duduklah dibatu ini"<br />

Kedua Hio coe itu adalah orang kuat dalam Peh bie kauw. Ilmu silat mereka biasa saja, tapi<br />

mereka memiliki te<strong>naga</strong> yang luar biasa.<br />

Ko Cek Seng dan Chio Tauw kaget bukan main. Meskipun mereka berkepandaian tinggi ilmu<br />

ilmu pedang, mereka merasa tak sanggup menyambuti batu yang beratnya kira-kira tujuh<br />

ratus kati itu, "Taruhlah." kata Ko Cek Seng.<br />

"Huh !' kedua orang kuat itu mengerahkan te<strong>naga</strong>nya dan mengangkat tinggi-tinggi kedua<br />

batu itu. "Sambutlah !" kata mereka.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 163

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!