20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

yang lantas saja ber lubang besar dan air mengalir masuk. Anak buah Kie keng pang jadi<br />

semakin bingung.<br />

Dengan mata merah Bek Siauw pang coe mencabut pusutnya dan dengan sekali menotol kaki<br />

di depan perahu, badannya melesat keperahu musuh.<br />

Selagi tubuh pemuda itu berada ditengah udara tiba-tiba Siang Kim Peng melontarkan<br />

senjatanya kemuka pemuda itu. Serangan itu yang dikirim secara mendadak dan kejam<br />

mengejutkan sangat sekali. Hati Bek Siauwpangcoe. "Celaka" teriaknya sambil menotok<br />

"semangka" itu dengan kedua pusutnya dalam usaha melompat balik dengan meminjam<br />

te<strong>naga</strong> tersebut. Jika ilmu mengentengkan badannya bersamaan dengan ilmu Thio Coei San,<br />

bukan saja ia akan dapat mengelakkan serangan itu, tapi ia juga bisa balas menyerang. Tapi<br />

dalam segala hal, dia masih kalah jauh dari jago Boe tong pay itu.<br />

"Semangka" yang beratnya seratus kati, ditambah dengan te<strong>naga</strong> Siang Kim Peng sendiri,<br />

terlalu hebat untuk dilawannya. Tiba-tiba ia merasa dadanya menyesak, matanya berkunangkunaug<br />

dan tanpa ampun ia rubuh terguling diatas perahunya.<br />

Begitu lawannya rubuh, Siang Kim Peng segera menghantam pula dengan kedua "semangka"<br />

dan badan perahu Kie keng pang lantas saja berlubang dibeberapa tempat. Sesudah itu, sambil<br />

mengerahkan Lweekang, is menarik pulang kedua jangkar yang mencantol di perahu musuh.<br />

Tanpa diperintah lagi oleh Tan Coe mereka anak buah perahu Peh bie kauw lantas saja<br />

menaikkan layar dan perahu itu perlahan-lahan mulai bergerak, tapi sebentar kemudian<br />

melaju kedepan dengan amat cepatnya.<br />

Melihat cara Siang Kim Peng merubuhkan musuh, jantung Thio Coei San bardebar keras,<br />

"Jika tak mempunyai kepandaian meminjam te<strong>naga</strong> memindahkan te<strong>naga</strong>, tadi aku tentu<br />

sudah binasa dalam tangannya. " pikirnya. Ia melirik In So So yang bersikap tenang-tenang<br />

saja, seolah-oah tidak terjadi kejadian luar biasa.<br />

Tiba-tiba disebelah kejauhan terdengar suara guruh. itulah tanda, bahwa air pasang sedang<br />

mendatangi. Walaupun anak buah Kie keng pang pandai berenang, mereka tak nanti dapat<br />

melawan gelombang pasang yang seperti gunung. Bahaya yang dihadapi mereka lebih besar<br />

lagi, karena pada waktu itu, mereka berada dimuara tempat ber temunya sungai dan lautan,<br />

sehingga lebarnya permukaan sungai sampai puluhan li. Maka itulah, begitu mendengar<br />

guruh, anak-anak Kie keng pang ketakutan setengah mati dan berteriak-teriak minta<br />

pertolongan, tapi perahu Siang Kim Peng dan In So So tidak meladeni dan terus berlayar<br />

kejurusan timur<br />

Coei San melongok keluar jendela dan melihat Perahu ikan paus itu sudah tenggelam separuh.<br />

Mendengar teriakan-teriakan anak buah perahu ia sebenarnya merasa sangat tidak tega tapi<br />

karena mengetahui bahwa Siang Kim Peng dan In So So adalah manusia-manusia kejam, ia<br />

merasa tak guna membuka mulut.<br />

Melihat paras pemuda itu, si nona bersenyum. Mendadak ia berseru "Siang Tan coe, hati Thio<br />

Ngohiap sangat mulia. Tolonglah anak buah perahu kie keng pang !"<br />

Coei San terkejut, sebab hal itu benar-benar diluar dugaannya.<br />

"Baik !" teriak Siang Kim Peng. Dilain saat perahunya membelok dan menuju ke perahu Kie<br />

keng pang. "Anggauta- anggauta Kie keng pang dengarlah!" teriak Siang Kim Peng," Atas<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 152

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!