20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah mendengar pembicaraan itu, Boe Kie merasa bahwa mereka bukan manusia jahat.<br />

Dalam hatinya lantas saja timbul rasa kasihan, lebih lagi terhadap Souw Hie Cie yang<br />

mempunyai dua orang anak yang masih mengeluarkan rawatan. Mengingat penderitaannya<br />

sendiri sebagai anak yatim piatu rasa kasihannya jadi lebih besar dan sambil menarik tangan<br />

Poet Hie ia segera bertindak keluar dari alang-alang.<br />

Cian Kouwhio, racun apa yang digunakan pada senjata rahasia itu? tanyanya.<br />

Melihat munculnya kedua anak itu, Hie Cie dan Ciam Coen merasa heran. Dan mendengar<br />

pertanyaan Boe Kie, mereka jadi lebih heran lagi. Aku mengerti sedikit ilmu pengobatan dan<br />

luka kalian mungkin sekali bukan tidak dapat diobati, kata pula Boe Kie.<br />

Akupun tak tahu racun apa yang digunakan, jawab nona Ciam. Lukanya tidak sakit, tapi gatal<br />

bukan main. Menurut katanya Soehoe, orang yang kena Soeng-boen teng hanya bisa hidup<br />

dalam tempo empat jam.<br />

Bolehkah aku periksa luka kalian? tanya Boe Kie.<br />

Tapi manakah mereka percaya bocah itu bisa mengobati luka beracun? Dengan pakaian<br />

robek, badan kurus kering dan muka pucat Boe Kie dan Poet Hwie kelihatannya seperti<br />

pengemis kecil. Sudahlah, kau jangan rewel. Pergilah! Jangan mengganggu kami.<br />

Boe Kie tidka meladeni. Ia menjemput paku Soen-boen teng dari atas tanah dan mengendus<br />

bau harum dari serupa bunga anggrek.<br />

Dalam hari-hari yang belakangan setiap mempunyai tempo yang luang, Boe Kie selalu<br />

membaca dan mempelajari Tok-boet Tay coan peninggalan Ong Lan Kouw. Dalam kitab itu<br />

berisi keterangan lengkap mengenai ribuan macam racun itu yang aneh-aneh dan cara<br />

mengobatinya. Maka itulah begitu mengendus bau racun itu, ia segera mengetahui bahwa<br />

yang melekat pada paku Song-boen teng adalah racun bunga To-lo hijau. Bau bunga itu<br />

sebenarnya berbau amis sehingga orang dapat memakannya sebanyak mungkin tanpa bahaya<br />

apapun jua. Tapi begitu lekas bercampur darah, peti bunga itu lantas saja berubah menjadi<br />

racun yang sangat hebat, sedang baunya yang amis juga berubah menjadi harum. Inilah racun<br />

bunga To-lo hijau, kata Boe Kie.<br />

Ciam Coen memang tidak tahu racun apa yang digunakan pada paku itu, tapi ia tahu, bahwa<br />

dalam taman bunga gurunya ditanam banyak sekali pohon bunga To-lo hijau.<br />

Eh, bagaimana kau tahu? tanyanya dengan heran. Bunga To-lo hijau adalah tumbuhtuimbuhan<br />

yang langka dan hanya terdapat di wilayah Barat (See-hek). Di daerah Tionggoan<br />

sebegitu jauh belum pernah terdapat pohon bunga tersebut.<br />

Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya. Aku tahu katanya sambil menarik tangan Poet<br />

Hwie dan berkata pula. Hayolah, kita pergi.<br />

Saudara kecil, kata nona Ciam cepat. Jika kau bisa mengobati, tolonglah jiwa kami berdua.<br />

Boe Kie memang ingin menolong, tapi mendadak ia ingat perbuatan Kan Ciat dan Sie Kong<br />

Wan, sehingga ia mengambil keputusan untuk membatalkan niatnya itu.<br />

Tuan kecil, kata Souw Hie Cie, Mataku tidak berbiji dan aku tidak bisa mengenali seorang<br />

pandai. Kuharap kau sudi memaafkan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 510

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!