20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

menyambut dari tempat jauh. Hampir bersamaan pintu bambu terbuka dan Thio Sam Hong<br />

berjalan keluar.<br />

Kong-siang kaget. Bagaimana ia tahu bahwa yang datang adalah pendeta dari Siauw lim sie?<br />

tanyanya di dalam hati. Ah! Mungkin ia sudah diberitahukan oleh too-jin penyambut tamu itu.<br />

Tapi Jie Thay Giam tahu bahwa berkat ilmunya yang sangat tinggi, dengan hanya mendengar<br />

suara langkah kaki Kong-siang, sang guru sudah bisa menebak partai dari orang yang sedang<br />

mendatangi itu, bahkan bisa menebak juga tinggi rendahnya kepandaian itu. Tapi kali ini<br />

tebakan Thio Sam meleset sedikit. Ia menduga yang datang adalah salah seorang dari ketiga<br />

pendeta suci Siauw lim sie.<br />

Dilain pihak Lweekang Boe Kie lebih tinggi banyak dari Kong-siang. Oleh karena itu dia bisa<br />

menyembunyikan gerak-geriknya dari pendengaran Thio Sam Hong, sebab pada hakekatnya<br />

seseorang yang Lweekangnya sudah mencapai tingkat tertinggi bisa berbuat sedemikian rupa<br />

sehingga yang berisi menjadi kong, yang ada menjadi tidak ada.<br />

Dengan jantung memukul keras, Boe Kie mengawasi paras muka Thay soehoenya. Muka itu<br />

tetap bersinar merah tapi dengan rambut dan jenggotnya yang putih semua, paras itu kelihatan<br />

lebih tua daripada delapan sembilan tahun berselang. Ia girang bercampur terharu dan tanpa<br />

terasa air matanya mengalir keluar. Cepat-cepat ia melengos.<br />

Kong-siang merangkap kedua tangannya, Kong-siang pendeta Siauw lim sie, menghadap Boe<br />

tong Cianpwee Thio Cin-jin, katanya.<br />

Guru besar itu membalas hormat, Aku tak berani menerima pujian yang sedemikian tinggi,<br />

katanya. Taysoe tak usah menggunakan banyak peradatan. Masuklah.<br />

Mereka berlima segera melangkah masuk. Dalam ruangan gubuk hanya terdapat sebuah meja<br />

dan di atas meja sebuah poci teh dan sebuah cangkir. Di lantai tergelar selembar tikar dan di<br />

dinding tergantung sebatang pedang kayu. Hanya itulah, tak ada apa-apa lagi.<br />

Thio Cin-jin, kata Kong-siang dengan suara berduka. Siauw lim-pay telah mengalami bencana<br />

hebat yang belum pernah dialami selama ribuan tahun. Mo-kauw telah menyerang dengan<br />

mendadak. Semua anggota Siauw lim-pay yang berada di dalam kuil dari Hong thio Kong boe<br />

Soe-heng sampai pada pendeta yang tingkatannya paling rendah, kecuali aku sendiri tidak ada<br />

yang lolos. Mereka binasa atau ditawan musuh. Hanya Siauw ceng sendiri yang luput dan<br />

siang malam Siauw ceng kabur ke sini. Serombongan Mo-kauw yang berjumlah besar sedang<br />

menuju ke Boe tong san. Mati hidupnya Rimba Persilatan Tiong goan sekarang berada dalam<br />

tangan Thio Cin-jin seorang. Sehabis berkata begiut ia menangis sedih sekali.<br />

Biarpun Thio Sam Hong berilmu tinggi dan berusia seabad lebih, mendengar laporan itu ia<br />

terkesiap. Untuk sejenak ia mengawasi Kong-siang dengan mulut ternganga. Sesudah ia<br />

menentramkan hatinya lalu ia berkat, Dalam Siauw lim sie banyak orang yang pandai.<br />

Bagaimana kalian sampai mendapat kesukaran begitu besar?<br />

Sebagaimana Thio Cin-jin tahu, Kong-tie dan Kong-seng, Jie-wie Soe-heng dan para murid<br />

Siauw lim sie bersama-sama lima partai besar telah pergi ke daerah barat untuk menumpas<br />

Mo-kauw, kata Kong-siang.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 876

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!