20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sambil berlari, Siauw Sia berteriak: "Saudara Thio, jangan takut. Aku pergi untuk mengambil<br />

bala bantuan."<br />

Kan Ciat dan Sie Kong Wan lantas saja menyusul kedua kawannya dan dengan mudah<br />

mereka menawan pula kedua anak itu, yang lalu diikat lagi kedua tangannya.<br />

Kan Ciat mengawasi Sie Kong Wan dengan mata mendelik. "Orang she Cie itu bukan<br />

manusia baik," katanya dengan mendongkol. "Bagaimana dia berjalan bersama-sama kamu?"<br />

"Kami kertemu ditengah jalan," jawab Sie Kong Wan. "Siapa tahu dia orang baik atau orang<br />

jahat? Menurut katanya, dia she Cie bernama Tat. Kau jangan percaya omongannya. Sekarang<br />

sudah hampir malam. Dari mana dia mau mengambil bala bantuan?"<br />

"Kalau didengar dari suaranya, dia penduduk Hong-yang," menyelak seorang Soetee Sie<br />

Kong Wan, "Biarpun dia membawa semua penduduk kampung, kita tidak usah takut."<br />

"Penduduk Hong-yang?" menegasi Kan Ciat sambil menyeringai. "Ha ha! Jangankan<br />

berkelahi berjalanpun mereka sudah tak mampu. Hayolah Aku sudah kuat menahan rasa<br />

lapar." Mereka segera kembali keperapian.<br />

Sesudah tertangkap lagi, Boe Kie dihajar babak belur, pakaiannya robek dan isi sakunya<br />

terserak ditanah. Tiba-tiba matanya tertumbuk dengan sejilid buku yang kertasnya kuning dan<br />

karena di tiup agin, lembaran buku itu terbuka. Buku itu ialah Tok Soei Tay coan milik Ong<br />

Lan Kouw. Ia sekarang sudah tidak memikir untuk hidup dan memperdulikan apapun jua.<br />

Jilid 27______________<br />

Sesudah mikir begini setengah mati, begitutupun tiada jalan hidup, Boe Kie malah jadi<br />

tenang. Pada saat pikirannya bersih itulah, secara tidak disengaja matanya melirik pula ke<br />

lembaran buku itu, dan secara kebetulan pula halaman yang terbuka adalah bagian rumput2<br />

beracun. Hatinya tertarik juga dan ia lalu membacanya. Pada bagian itu secara jelas<br />

diterangkan bentuk, bau warna, sifat dan cara memunahkannya macam rumput2 beracun.<br />

Sesudah membaca beberapa saat, ia menghela napas. Ia ingat, bahwa beberapa detik lagi, ia<br />

akan berkumpul dengan roh orang tuanya.<br />

Sekonyong2, waktu melirik kesebelah kiri, matanya tertumbuk pula dengan segundukan<br />

rumput yg berwarna sangat menyolok indah, segar dan mengkilap. Mendadak saja, dalam<br />

otak nya berkelebat serupa ingatan.<br />

Apa tak bisa jadi rumput beracun? Menurut buku ini, rumput yg mengandung racun indah<br />

warnanya. Kalauy benar rumput itu rumput beracun, jiwa Poet Hwie moay moay masih bisa<br />

ditolong. Pada saat itu ia sudah tidk memikir untuk menyelamatkan jiwa sendiri. Dengan<br />

masih mengeramnya racun dingin didalam tubunya, anmdaikata hari ini ia selamat, paling<br />

banyak ia hanya bisa hidup beberapa bulan lagi., Apa yg dipikirnya ialah usahan menolong<br />

Poet Hwie, guna memenuhi permintaan mendiang Kie Siauw Hoe.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 499

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!