20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pernapasan. Malam itu, tujuh delapan orang berkeliaran diluar kamar dan diatas genteng, tapi<br />

mereka tidak berani menerjang karena merasa jerih terhadap nama besarnya Boe tong pay.<br />

Pada esokan harinya, meskipun duduk dikereta. Lian Cioe memerintahkan supaya kusir<br />

menyingkap semua tirai, sehingga ia dapat mengamat amati keadaan diseputarnya. Sesudah<br />

meninggalkan Tay pong tiam beberapa li dari sebelah timur kelihatan mengejar tiga<br />

penunggang kuda yang kemudian mengintildebelakang kereta dalam jarak belasan tombak.<br />

Sesudah berjalan lagi beberapa li, disebelah depan menunggu empat penunggang kuda. Begitu<br />

lekas rombongan Lian Cioe lewat, mereka segera mengikuti dari belakang. Beberapa lama<br />

kemudian, jumlah "pengiring" bertambah lagi empat orang.<br />

Kusir kereta jadi ketakutan. "Tuan, apakah mereka penjahat?" Ia tanya Coei San dengan suara<br />

perlahan.<br />

"Jangan takut," jawab Ngohiap. "Mereka bukan mau merampas uang"<br />

Kira kira tengah hari, jumlah yang mengikuti bertambah lagi dengan enam orang. Pakaian<br />

mereka beraneka warna, ada yang mewah dan ada yang buruk.<br />

Mereka semua membekal senjata dan mengikuti tanpa mengeluarkan sepatah suara. Dilihat<br />

dari potongan badan mereka yang kecil, mungkin sekali mereka penduduk Tiongkok Selatan.<br />

Sesudah lewat tengah bari, jumlah mereka bertambah lagi dengan duapuluh satu orang.<br />

Beberapa antaranya yang bernyali besar, mendekati kereta sampai jarak kira-kira tiga tombak.<br />

Lian Cioe sendiri terus duduk sambil meramkan mata, seolah-olah tidak memperhatikan<br />

mereka.<br />

Diwaktu magrib, dari sebelah depan mendatangi dua penunggang kuda, yang satu seorang tua<br />

dengan jenggotnya yang panjang, sedang yang lain seorang wanita muda yang berparas<br />

cantik. Si kakek bertangan kosong, tapi wanita itu bersenjatakan sepasang golok. Begitu tiba<br />

didepan kereta, mereka segera menghadang ditengah jalan.<br />

Coei San naik darahnya. Sambil mengangkat tangan ia berkata: "Boe-tong Jie Jie dan Thio<br />

ngo numpang lewat dijalanan ini. Dapatkah kami menanya she dan nama tuan yang mulia?"<br />

Orang tua itu bersenyum. "Dimana Cia Soen?" tanyanya. "Jika kau sudi memberitahukan,<br />

kami pasti tidak akan mengganggu murid2 Boe tong."<br />

"Dalam hal ini, aku lebih dulu ingin meminta petunjuk Insoe," jawab Coei San.<br />

"Jie Jie terluka, Thio Ngo sebatang kara." kata si tua. "Dengan sendirian, kau bukan tandingan<br />

kami." Seraya berkata begitu, ia meraba pinggangnya dan mengeluarkan sepasang Poan koan<br />

pit (Senjata yang menyerupai pit, pena Tionghoa), Senjata itu agak berbeda dengan yang<br />

biasa, karena ujungnya berbentuk kepala ular.<br />

Coei San bergelar Gin kauw Tiat hoa dan salah sebuah senjatanya yalah Poan koan pit. Maka<br />

itu dapat dikatakan ia mengenal semua jago yang menggunakan Poan koan pit. Begitu melihat<br />

senjata si kakek, ia terkejut.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 308

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!