20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Jika aku <strong>membunuh</strong> kalian, aku seolah-olah menghancurkan sepasang Giak kee (alat dari<br />

batu giok) yang jarang terdapat dalam dunia. Tapi, didesak oleh keadaan dan kenyataan, tak<br />

dapat aku tidak membinasakan kalian."<br />

"Mengapa begitu?" tanya si nona dengan suara kaget.<br />

"Kalau aku pergi dengan membawa golok ini dan meninggalkan kalian dipulau ini, dalam<br />

berapa hari saja, orang sedunia sudah tahu, bahwa To liong to berada dalam tanganku," Ia<br />

menerangkan.<br />

"Yang ini akan cari aku, yang itu akan cari aku, semua orang akan cari aku. Aku bukan<br />

manusia yang tiada tandingan didalam dunia. Yang lain tak usah dibicarakan. Peh bie Eng<br />

ong saja belum tentu dapat dirubuhkan olehku."<br />

"Ah! Kalau begitu kau <strong>membunuh</strong> orang menutup mulutnya!" kata Coei San dengan suara<br />

tawar.<br />

"Benar." jawabnya.<br />

"Jika demikian, perlu apa kau mengunjuk kedosaan orang-orang Hay see pay, Kie keng pang<br />

dan Sin koen boen?" tanya Coei San.<br />

Cia Soen tertawa berkakakan. "Aku ingin mereka mati tanpa penasaran," jawabnya.<br />

"Hmm . . kau kelihatannya masih mempunyai hati yang baik," kata puji pemuda itu.<br />

"Didalam dunia ini, siapakah yang bisa hidup abadi ?" tanya Cia Soen. "Mati lebih cepat atau<br />

mati lebih lama beberapa tahun, tidak banyak bedanya. Kau, Thio Ngohiap, dan In Kouwnio<br />

masih berusia sangat muda. Jika hari ini kalian binasa dipulau Ong poan san, memang juga<br />

kelihatannya sangat mesti disayangkan. Tapi, ditinjau seratus tahun kemudian, bukankah<br />

kebinasaan dihari ini atau meninggal dunia dihari nanti bersamaan saja? Andai kata dahulu<br />

Cin Kwee tidak mencelakakan Gak Hoei sehingga panglima besar itu binasa, apakah Gak<br />

Hoei bisa hidup sampai sekarang? Yang penting ialah seseorang harus mati dengan hati terang<br />

dan tidak merasakan penderitaan. Mika itu, aku sekarang mengajak kalian bertanding secara<br />

adil. siapa yang kalah, dialab yang mati. Kalian berusia lebih muda dan aku suka mengalah.<br />

Pilihlah dalam ilmu silat dergan senjata, tanpa senjata, Lweekang, senjata rahasia, atau<br />

mengentengkan badan, ilmu berenang, kalian boleh pilih dan aku akan mengiringkan."<br />

"Kau sombong sekali," kata sinona. "Apakah kau artikan, bahwa kau bersedia untuk melayani<br />

kami dalam ilmu apapun juga?" Suara si nona agak gemetar karena ia tahu, bahwa ia dan Coei<br />

San tidak dapat meloloskan diri lagi.<br />

Mendengarkan pertanyaan So So, Cia Soen agak terkejut. Ia adalah seorang yang amat cerdas<br />

dan sesaat itu juga, ia lantas saja ingat, bahwa untuk si nona dapat menantangnya dalam ilmu<br />

menjahit atau lain lain ilmu kaum wanita yang tidak dimilikinya. Mengingat begitu, ia lantas<br />

saja menjawab dengan suara nyaring: "Tantanganku itu terbatas pada ilmu silat. Aku pasti<br />

tidak bermaksud untuk bertanding makan nasi, minum arak dan sebagainya yang tidak<br />

bersangkut paut dengan ilmu silat." Dilain saat, melihat Coei San mencekal kipas, ia<br />

menyambung perkataannya: "Akupun bersedia untuk melayani kalian dalam ilmu boen (ilmu<br />

surat). Menulis huruf indah, melukis, memetik khim, main tio kie, menulis syair atau sajak<br />

semua boleh. Hanya kita harus berjanji, bahwa pihak yang kalah harus <strong>membunuh</strong> diri<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 185

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!