20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bagus! teriak kawan2nya<br />

Tahan dulu! kata Cie Tat yang lalu menggambil keranjang kecil dan mengisinya dengan<br />

daging kerbau. Kemudian sambil mengangsurkan keranjang itu kepada Boe Kie, ia berkata<br />

Saudara Thio, kau masih terlalu kecil dan tidak bisa mengikuti kami. Kami tak punya apapun<br />

jua dan hanya memberikan daging ini kepada kalian. Kalau masih hidup, dibelakangan hari<br />

kita masih bisa bertemu pula dan bisa makan minum lagi bersama sama seperti hari ini.<br />

Boe Kie menyambuti keranjang itu dan berkata dengan suara terharu.<br />

Aku mengharapkan kalian bisa segera berhasil membinasakan dan mengusir semua Tat Coe,<br />

supaya rakyat dikolong dunia bisa hidup senang.<br />

Mendengar perkataan itu, Coe Goan Ciang dan kawan2nya merasa terkejut.<br />

Saudara Thio apa yang dikatakan olehmu benar sekali, kata pendeta itu.<br />

Sampai bertemu lagi, sehabis berkata begitu, dengan menenteng senjata bersama lawan2nya,<br />

ia segera meninggalkan Hong-kak-sie.<br />

Kalau tidak membwa anak kecil, akupun akan turut mereka, kata Boe Kie didalam hati.<br />

Mereka hanya bertujuh orang dan mereka pasti tak kan bisa melawan kaki tangan Thio Wan<br />

Geew Tat Coe yang berjumlah besar. Mungkin sekali orang2 Thio wan Geew akan<br />

menyerang kesini. Kelenteng ini akan berbahaya, memikir begitu dengan membawa<br />

keranjang daging dan menuntun tangan Poet Hwie, ia segera meninggalkan kelenteng Hong<br />

Kak Sie.<br />

Sesudah jalan lima enam lie, disebelah utara mereka melihat sinar api yang berkobar kobar<br />

Boe Kie mengerti bahwa kebakaran itu akibat serangan Coe Gian Ciang dan kawan2nya dan<br />

ia merasa girang.<br />

Penderita kedua anak itu suka ditutukan satu persatu. Untung juga mungkin karena kedua<br />

orangtuanya adalah ahli2 silat, Poet Hwie mempunya benda yang kuat sehingga ia dapat<br />

bertahan dalam perjalanan yang penuh kesengsaraan itu. Kadang2 ia masuk angin tapi begitu<br />

diberi obat, yaitu rambut2 yg dipetik Boe Kie, ia sudah sembuh kembali.<br />

Dengan berjalan sambil sebentar2 berhenti untuk mengaso, didalam suatu hari paling banyak<br />

mereka bisa melalu duapuluh li. Kira2 setengah bulan barulah mereka tiba di wilayah propinsi<br />

Ho Lam, yang keadaannya tidak lebih baik dari propinsi Anhoei. Diamna mana mereka<br />

bertemu dnegan rakyat yg kelaparan.<br />

Untuk menyambung jiwa Boe Kie membuat busur dan anak panah guna memanah burung2<br />

dan binatang2 kecil. Dengan mengandalkan ilmu silatnyam, ia berhasil dalam usaanya itu.<br />

Demikianlah, biarpun sengsara mereka masih bisa maju teus sehari kenyang,s ehari lapar.<br />

Syukur juga, disepanjang jalan mereka tidak pernah bertemu dengan tentara Mongol atau<br />

penjahat2 yg berkepandaian tinggi. Bangsat2 kecil yang mau coba menggangu dengan mudah<br />

dapat dirobohkan oleh Boe Kie.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 505

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!