20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

istrinya adalah seorang wanita yang boen boe song coan (mahir dalam ilmu surat dan ilmu<br />

perang)."<br />

Kwee Siang berdiri bengong dan mengawasi ketempat jauh. Ia menghela napas seraya berkata<br />

dengan suara perlahan. "Kalau begitu, kalian pun tak tahu dimana mereka berada. Siapa yang<br />

bisa memberi keterangan?"<br />

Ia berdiam sejenak dan kemudian berkata pula, "Sekarang baru kutahu, kau adalah Boe sek<br />

Siansu. Tak heran. Jika kau memiliki memiliki begitu tinggi. Hmm! Aku belum<br />

menghaturkan terima kasih untuk hadiah ulang tahunku. Sekarang belum terlambat. Biarlah<br />

hari ini saja aku menghaturkan banyak terima kasin kepadamu."<br />

Sipendeta tertawa. "Orang sering mengata kan, bahwa tanpa berkelahi tidak bisa menjadi<br />

sahabat," katanya. "Bagi kita berdua, Kata-kata itu sungguh tepat sekali. Eh, kalau kau<br />

bertemu dengan Yo Tayhiap, kuharap kau jangan memberitahukan bahwa aku si tua telan<br />

menghina seorang wanita muda,"<br />

Kedua mata sinona memandang puncak2 gunung yang tertutup awan, "Sampai kapan. ...<br />

sampai kapan baru akan bisa bertemu dengannya" katanya.<br />

Sebagaimana diketahui, pada waktu Kwee Siang merayakan hari ulang tahunnya yang<br />

keenam belas, Yo Ko telah mengundang jago jago Rimba persilatan untuk berkumpul di kota<br />

Siang yang, guna memberi selamat panjang umur. Pada hari itu, dengan memandang muka<br />

Yo Ko, ahli-ahli silat dari "jalanan hitam" dan "jalanan putih" telah berkumpul di Siangyang.<br />

Boe sek yang kebetulan sedang repot tak bisa datang berkunjung dan hanya mengirim seorang<br />

wakil untuk memberi selamat dan menyampaikan barang antaran, Dan barang antaran yang<br />

dikirimnya bukan lain sepasang Lo han besi itu dipasang alat alat dan jika alat2 tersebut<br />

diputar, anak2an itu segera menjalankan satu pukulan Lo han koen. Yang membuatnya adalah<br />

seorang pendeta aneh yang pada satu abad berselang pernah bertempat tinggal dikuil Siauw<br />

lim sie. Kwee Siang yang masih ke kanak2an merasa sangat ketarik dengan mainan yang<br />

selalu di bawa2nya didalam saku. Pukulan Kauw hay hoei tauw yang barusan digunakannya,<br />

sebenarnya telah didapat oleh si nona dari kedua Lo han besi itu. Tak dinyana, karena gara2<br />

itu juga hari ini asal usulnya telah ditebak jitu oleh Boe sek Siansoe.<br />

"Berhubung dengan peraturan yang turun tumurun, aku merasa menyesal tak bisa<br />

mengundang Kwee Jie-kouwnio datang berkunjung kekuil kami," kata Boe sek. "Aku percaya<br />

kau tak akan jadi kecil hati."<br />

"Tak apa2," kata sinona dengan masgul. "Ada yang aku hendak tanyakan."<br />

Sambil menunjuk Kak wan, pendeta tua itu berkata pula. "Tentang Soeteeku itu, aku akan<br />

menerangkan kepadamu perlahan2. Begini saja. "Si tua akan menemani kau turun gunung dan<br />

kita cari sebuah rumah makan, supaya aku bisa menjadi tuan rumah untuk minum beberapa<br />

cawan arak. Bagaimana pikiranmu?"<br />

Mendengar kata2 itu, semua pendeta kaget tercampur heran. Boe sek Siansoe adalah seorang<br />

yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam Siauw lim sie. Bahwa ia sudah berlaku<br />

begitu hormat terhadap seorang gadis remaja, adalah suatu kejadian luar biasa.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 19

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!