20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Didarat, duduk didekat perahu itu, kelihatan seorang pengemis tua yang lehemya dilibat<br />

seckor ular hijau, sedang kedua tangannya bermain-main dengan seekor ular besar yang<br />

badannya hitam dengan titik putih.<br />

Karena belum pemah melihat ular, Boe Kie menonton permainan sipengemis dengan mata<br />

membelalak. Melihat si bocah, pengemis itu mengangguk sambil tertawa-tawa. Tiba-tiba<br />

sekali ia mengebas tangan, ular hitam itu melesat keatas, jungkir batik ditengah udara<br />

beberapa kali dan kemudian jatuh didadanya. Boo Kie heran bukan main dan terus mengawasi<br />

dengan mata tidak berkedip. Sipengemis tertawa dan menggapai-gapai sebagai undangan.<br />

Tanpa memikir panjang Boe Kie segera melompat kedarat dan mendekatinya, Pengemis itu<br />

mengambit sebuah kantong kain yang menggemblok dipunggungnya dan sambil membuka<br />

mulut kantong, Ia berkata seraya berkata: "Didalam kantong ini terdapat serupa benda yang<br />

lebih menarik. Coba kau lihat."<br />

"Benda apa?" tanya Boe Kie.<br />

"Sangat menarik, kau lihat saja sendiri," jawabnya.<br />

Boe Kie membungkuk dan mengawasi kedalam kantong itu, tapi ia tak dapat melihat apapun<br />

just. Ia maju setindak lagi untuk melihat dengan lebih jelas. Mendadak, bagaikan kilat, kedua<br />

tangan si pengemis bergerak, menungkup kepala Boe Kie. Bocah itu hanya dapat<br />

mengeluarkan teriakan di tenggorokan, karena mulutnya sudah dibekap dan badannya<br />

diangkat keatas.<br />

Teriakan Boe Kie memang sangat lemah. Tapi Lian Cioe dan suami isteri Coei San adalah<br />

ahli kelas satu yang kupingnya tajam luar biasa.<br />

Seketika itu mereka tahu, bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak baik. Dengan serentak<br />

mereka berlari lari kekepala perahu dan melihat Boe Kie yang sudah menjadi tawanan si<br />

pengemis. Baru saja mereka mau melompat kedarat, pengemis itu sudah membentak: "Jangan<br />

bergerak! Kalau kau masih sayang akan jiwa anak ini, jangan bergerak!"<br />

Seraya mengancam, ia merobek baju Boe Kie dibagian pinggang dan mengangsurkan mulut<br />

ular hitam itu kedekat kulit punggung si bocah.<br />

Melihat begitu, bukan main bingung dan gusarnya So So. Tanpa memikir lagi tangannya<br />

bergerak untuk melepaskan jarum emas.<br />

"Jangan!" bentak Lian Cioe dengin suara perlahan. Ia sudah mengenali, bahwa ular hitam itu<br />

adalah salah satu dari delapan belas macam ular paling berbisa didalam dunia. Ular tersebut<br />

yang mengambil kedudukan kesebelas, diberi nama Cit lie seng. Makin hitam warnanya dan<br />

makin halus titik-titik putihnya, makin hebat bisanya. Ular sipengemis itu, yang hitamnya<br />

mengkilap dan titik putihnya bersinar terang, kelihatan membuka mulutnya yang besar, dalam<br />

mana terdapat empat batang caling, siap sedia untuk memagut punggung Boe Kie yang putih<br />

bersih.<br />

Sekali dipagut, bocah itu pasti akan segera binasa. Andaikata pengemis itu bisa lantas<br />

dibinasakan dan obat pemunah bisa lantas didapatkan, masih belum tentu jiwa Boe Kia<br />

keburu ditolong dengan obat itu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 284

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!