20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Toako, mana boleh kau berdiam dipulau ini", kata pula Coei San dengan suara memohon,<br />

"Ayolah !" Seraya berkata begitu, ia membetot tangan kakaknya, tapi kedua kaki Cia Scam<br />

seolah berakar didalam tanah.<br />

"So moay! Boe Kie kemari ! Toako tidak mau mengikut," teriak Coei San.<br />

So So dan Boe Kie tentu saja kaget dan buru buru mereka melompat balik kedaratan.<br />

"Giehoe, mengapa kau tidak mau turun ?" tanya si bocah, "Jika kau tidak turut, akupun tidak<br />

turut."<br />

Tak usah dikatakan lagi, Cia Soen pun merasa sangat berat untuk berpisahan dengan mereka.<br />

Ia mengerti, bahwa perpisahan itu adalah untuk selama-lamanya. Akan tetapi, sesudah<br />

merenungkan masak-masak dalam tempo lama, ia telah mengambil keputusan untuk tidak<br />

kembali ke Tiorggoan. Mengapa? Karena, jika ia mengikut, keluar, Coei San akan<br />

menghadapi bencana yang tidak habis-habisnya. Biarpun ia mempunyai riwayat yang<br />

berlamuran darah dan ia pernah melakukan perbuatan-perbuatan kejam, tapi semenjak<br />

mengangkat saudara dengan Coei San dan So So, ia mencintai ketiga orang itu seperti<br />

mencintai diri sendiri. Dan kecintaannya terhadap Boe Kie tidak kurang daripada<br />

kecintaaanya pada anak kandung sendiri.<br />

Ia mengerti, bahwa diatas pundaknya tertumpuk dengan beban hutang darah. Baik dalam<br />

kalangan Kangouw, maupun dalam kalangan Liok<br />

li (Rimba hijau kalangan perampok), entah berapa banyak jumlahnya musuhnya yang ingin<br />

membalas sakit hati. Apa pula, sesudah merniliki To liong to, bakal makin banyak orang yang<br />

menghendaki jiwa dan goloknya.<br />

Dulu sedikitpun ia tidak merasa gentar. Tapi sekarang, sesudah kedua mata nya buta, ia<br />

merasa tak sanggup untuk melayani begitu banyak musuh. Sebagai orang gagah sejati, jika ia<br />

dikerubuti, Coei San dan So So sudah pasti tak akan berdiri dengan berpeluk tangan. Maka<br />

itu, kalau ia mengikut, bukan saja ia sendiri tspi kedua saudara augkat dan anak pungutnya<br />

pun akan turut menjadi korban. Demikianlah, sesudah memikir baik-baik, ia mengambil<br />

keputasan itu.<br />

Mendengar perkataan Boe kie, ia terharu bukan main. Sambil memeluk anak angkat itu, ia ber<br />

kata dengan suara serak: "Boe Kie, kau dengarlah perkataan Giehoe! Giehoe sudah tua, mata<br />

buta dan sudah enak hidup disini. Kalau kembali ke Tionggoan, Giehoe akan menderita.<br />

"Sesudah kembali ke Tionggon anak akan melayani Giehoe dan tidak akan berpisahan lagi<br />

dengan Giehoe," kata Boe Kie. " Giehoe mau makan atau mimum apa, anak akan segera<br />

menyediakan nya. Bukankah penghidupsn begitu sama senangnya seperti penghidupan<br />

disini?"<br />

Cia Soen menggelengkan kepala, "Tidak, aku lebih senang berdiam terus disinl," katanya.<br />

"Kalau begitu, anakpun lebih senang hidup terus disini," kata pula bocah itu. "Thia, kita<br />

batalkan saja keberangkatan ini."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 260

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!