20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Siocia, Yauw Jie-ya sudah kembali dari Tiong goan." (Jie-ya Tuan kedua)<br />

Si nona kegirangan. Sambil melempar pit, ia berteriak. "Bagus! Aku sudah menunggu<br />

setengah tahun lebih." Ia menarik tangan Boe Kie mari kita menemui Yauw Jie-siok, aku tak<br />

tahu, apa ia membeli barang2 yang kupesan." (Jie-siok Paman kedua).<br />

Dengan berlari mereka pergi ke kota thia (ruangan tengah).<br />

"Siapa Yauw Jie-siok?" tanya si bocah.<br />

"Ia adalah saudara thia thia," jawabnya "Namanya Yauw Ceng Coen, berglear Cian Lie Toei<br />

hong (Dalam seribu li mengejar angin). Tahun yang lalu ayah telah meminta padanya pergi ke<br />

Tiong goan untuk mengantarkan beberapa rupa barang. Aku memesan supaya ia membeli yan<br />

cie dan puput dari Hang cie, jarum sulam, benang dan gambar2 lukisa dari Souw cioe, pit bak,<br />

contoh2 huruf dan buku2. Aku tak tahu, apa ia perhatikan pesanku itu."<br />

Coe-kee-choeng (Perkumpulan keluarga Coe) terletak di See hek (Wilayah barat) dalam<br />

lingkungan gunung Koe Loen san. Alat2 kecantikan, buku2, perabot tulis dan sebagainya<br />

yang diperlukan oleh nona Coe tak bisa didapat dalam jarak ribuan lie. Tempat itu terpisah<br />

berlaksa lie dari daerah Tiong-goan sedang sekali pulang perlu memerlukan tempo dua tiga<br />

tahun. Maka itulah, saban ada orang yang mau pergi ke Tiong-goan, Coe Kioe Tin selalu<br />

memesan ini atau itu dalam jumlah yang besar.<br />

Tapi begitu tiba diambang pintu, mereka terkejut karena mendengar suara tangisan. Dengan<br />

hati berdebar debar mereka bertindak masuk. Hati mereka mencelos sebab melihat Coe Tiang<br />

Leng sekang berlutut dilantai sambil berpelukan dan menangis dengan seorang lelaki kurus<br />

jangkung yang mengenakan pakai berkabung.<br />

"Yauw Jie-siok!" teriak Kioe Tin seraya menubruk.<br />

Sang ayah menyapu air matanya dan berkata dengan suara parau. "Ah Tin jie! Toa in jien<br />

(tuan penolong besar) kita Nyonya... Thio Ngo... ya... telah meninggal dunia!"<br />

"Tapi... tapi bagaimana bisa begitu?" tanya si nona dnegan mata membalak. "Bukanlah,<br />

sesudah menghilang sepuluh tahun In kong (paduka penolong) sudah kembali?"<br />

Lelaki setengah tua yang mengenakan pakaian berkabung itu Coan-lie Toei hong Yauw Ceng<br />

Coan menengok seraya berkata dengan suara terputus putus. "Kita yang berdiam ditempat<br />

jauh... sukar mendapat warta. Sesudah ku tiab di Tiong-goan baru kutahu, bahwa... bahwa Tio<br />

Iajin bersama Thio Hoejin sudah meninggal dunia pada kita2 empat tahun berselang<br />

dengan.... Dengan <strong>membunuh</strong> diri sendiri! Aku mendapat warta itu sebelum mendaki Boe<br />

tong san. Atku tidak percaya. Belakangan sudah tiba di boe tong san dan bertemu dengan<br />

Song Toa hiap Jie hiap barulah kutahu bahwa warta itu bukan cerita kosong... Hai!"<br />

Betapa besar rasa kaget Boe Kie dapatlah dibayangkan. Sesudah mendengar keterangan itu ia<br />

tidak bersangsi lagi, bahwa yang dinamakan sebagai "Toa-injin Thio Ngoya" adalah<br />

ayahandanya sendiri, melihat kesedihan Coe Tiang Leng, Yau Ceng Coan dan Coe Kioe Tie,<br />

yang jg turut mengucurkan air mata hampir2 ia melompat menubruk dan memperkenalkan<br />

diri sendiri. Tapi ia segera mengurungkan niatannya sebab kuatir tidak dipercaya dan orang<br />

bahkan bisa menduga jelek atas dirinya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 558

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!