20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

membungkuk untuk memetik bunga merah itu, dibelakangnya terdengar bentakan seorang<br />

wanita, “Tahan!”<br />

Ia menengok dan melihat tiga wanita yang berdiri di seberang selokan. Ia mengenali bahwa<br />

salah seorang di antaranya yang bertubuh jangkung kurus dan mengenakan jubah pendeta,<br />

adalah Ceng hoe, murid Go Bie pay. Dua yang lain, yang berusia muda dan mengenakan baju<br />

hitam juga murid Go Bie tapi ia tak tahu namanya.<br />

Dengan tangan memegang pedang terhunus, Ceng hoei membentak, “Thio Kauwcoe! Ada apa<br />

kau datang ke sini?”<br />

Boe Kie tidak segera menyahut. Ia terus memetik tiga kuntum bunga merah yang segera<br />

dimasukkan ke dalam mulutnya. “Ceng hoei Soethay,” katanya sambil mengunyah kembang,<br />

“Apa kau membawa Hoed kong Kie tok tan?” Hoed kong Kie tok tan adalah pil obat Go Bie<br />

pay untuk memunahkan segala jenis racun dan mempunyai khasiat lebih besar daripada bunga<br />

yang sedang dikunyahnya. Ia tahu bahwa kalau turun gunung, hampir setiap murid Go Bie<br />

pay selalu membawa obat mujarab itu.<br />

“Perlu apa kau bertanya!” kata Ceng hoei.<br />

“Tio Kouwnio kena racun hebat dan aku mohon supaya Soethay sudi menghadiahkan tiga<br />

butir untuk mengobatinya,” jawabnya.<br />

Ceng hoei mendelik. “Perempuan siluman itu adalah penjahat yang sudah membinasakan<br />

guruku,” katanya dengan suara keras. “Semua murid Go Bie ingin merobek kulitnya dan<br />

makan dagingnya. Hm!...Mereka kena racun yang sangat hebat? Itulah akibat dosanya sudah<br />

melewati takaran. Thio Kauwcoe, aku ingin tanya. Hari ini adalah pernikahanmu dengan<br />

Ciangboen jin kami. Mengapa begitu dibujuk perempuan siluman itu, kau…kau<br />

meninggalkan ruang pesta? Di mana kau mau menempatkan muka Ciangboen jin kami, di<br />

mana kau menempatkan Go Bie pay kami?”<br />

Boe Kie menyoja. “Ceng hoei Soethay,” katanya, “Aku perlu segera menolong jiwa manusia,<br />

aku sangat menderita tapi tak bisa menceritakan penderitaanku sekarang. Aku mohon kalian<br />

sudi memberi maaf. Kecintaanku pada Cie Jiak tak akan berubah sampai mati. Langit dan<br />

bumi menjadi saksinya.”<br />

Ceng hoei hanya menafsirkan bahwa orang yang mau ditolong adalah Tio Beng. Ia tak tahu<br />

bahwa selain Tio Beng, Boe Kie pun perlu menolong Cia Soen. Maka itu ia jadi lebih gusar.<br />

“Biarpun kau merasa perlu untuk menolong dia sepantasnya kau harus menunggu sampai<br />

selesai upacara pernikahan,” katanya, “Ha! Kau pandai sekali bersilat lidah!”<br />

Karena pengobatan atas diri Tio Beng tidak boleh tertunda, Boe Kie tidak mau banyak bicara<br />

lagi. Ia melompat mendekati nona Tio, merobek baju di bagian pundak dan lalu menaruh<br />

bunga merah yang sudah dikunyah di atas luka. Ia menyadari bahwa daging di sekitar luka<br />

sudah bengkak dan berwarna lebih hitam. Ia kaget dan sangat kuatir, kalau nona itu sampai<br />

binasa di samping rasa duka dan menyesal, iapun tak akan bisa mencari ayah angkatnya lagi.<br />

Tanpa petunjuk Tio Beng, dia mau mencari di mana di dunia ini? Mungkin ayah angkatnya<br />

itu akan binasa di tangan Seng Koen.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1244

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!