20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie terkejut. Ia menyetujui pendapat Tio Beng. “Tapi apakah yang harus kita perbuat?”<br />

tanyanya. Sambil menanya begitu, ia menghampiri dan mengurut punggung serta pinggang si<br />

nona untuk membuka jalan darahnya yang tertotok.<br />

“Kau tak usah terlalu bingung,” bujuk Tio Beng dengan suara lemah lembut. “Dalam Beng<br />

Kauw terdapat banyak orang pandai, sedang akupun mempunyai banyak pembantu yang<br />

berkepandaian tinggi. Penjahat itu pasti akan bisa dibekuk.”<br />

“Thio Boe Kie! Teriak Siong Kee. “kalau di dalam hatimu masih terdapat rasa kasihan,<br />

bunuhlah kami dengan segera! Aku tak kuat menyaksikan kau bercinta-cintaan dengan<br />

perempuan siluman itu.”<br />

Paras muka pemuda itu pucat bagaikan mayat. Ia benar-benar bingung dan tak tahu apa yang<br />

harus diperbuatnya.<br />

“Tindakan kita yang pertama adalah coba menolong Han Lim Jie,” kata Tio Beng. “Sesudah<br />

itu, kita berusaha untuk mencari ayah angkatmu. Di sepanjang jalan kita boleh menyelidiki<br />

penjahat yang <strong>membunuh</strong> Boh Cit Hiap dan yang <strong>membunuh</strong> Piauw Moaymu.”<br />

“Apa?.... Apa?….” tanya Boe Kie dengan suara terputus-putus.<br />

“Apakah Boh Cit Hiap dibunuh olehmu?” Tio Beng balas menanya dengan suara dingin.<br />

“Mengapa keempat pamanmu menuduh kau? Apa In Lee dibunuh olehku? Mengapa kamu<br />

menuduh aku? Apakah hanya kau seorang yang boleh penasaran terhadap orang lain dan<br />

orang lain tak boleh merasa penasaran terhadapmu?” kata-kata itu bagaikan halilintar di<br />

tengah hari bolong. Sekarang, sesudah mengalami sendiri, barulah ia mengakui, bahwa di<br />

dunia yang lebar ini sering terjadi kejadian-kejadian yang kebetulan, yang tidak bisa dikira<br />

oleh manusia. Sekarang dia sendiri menerima tuduhann berat. Ia tidak berdosa, tapi ia tidak<br />

berdaya untuk membersihkan diri. “apakah … Apakah Tio Kouw Nio seperti aku?....”<br />

tanyanya di dalam hati.<br />

“Apakah keempat pamanmu bisa membuka sendiri totokanmu?” tanya pula Nona Tio.<br />

Boe Kie menggelengkan kepala. “Tidak,” jawabnya. “Totokanku dari ilmu Seng Hwee Leng.<br />

Soepeh dan Soesiok takkan bisa membukanya. Sesudah lewat dua belas jam, totokan itu akan<br />

terbuka sendiri.”<br />

“Jalan satu-satunya bagi kita adalah menaruh keempat pamanmu di dalam gua dan kita lantas<br />

menyingkirkan diri,” kata Tio Beng. “Sebelum berhasil mencari penjahat yang berdosa, kau<br />

tak boleh bertemu muka lagi dengan dia.”<br />

“tapi di dalam gua itu sering keluar masuk binatang,” kata Boe Kie. “Pada jenazah bcs<br />

terdapat tanda-tanda gigitan.”<br />

“ah! Otakmu sudah tidak bisa bekerja lagi!” kata si nona. “Kalau salah seorang dari keempat<br />

pamanmu bisa menggerakkan tangannya dan dalam tangannya terdapat sebatang pedang,<br />

apakah binatang buas akan bisa melukakan mereka?”<br />

Muka Boe Kie berubah merah. Ia mengangguk dan menjawab. “Benar, kau benar.” Sesudah<br />

berkata begitu, ia mendukung tubuh keempat pamannya dan menaruh mereka di belakang<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1178

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!