20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Goan tin menghela nafas dan menggelengkan kepala. Tidak! katanya. Sebab kuatir ku<br />

mencelakai dia secara menggelap, berulang kali soemoyku memperingatiku. Ia mengatakan<br />

bahwa jika aku membinasakan Yo Po Thian, ia takkan mengampuniku. Ia mengatakan, bahwa<br />

dengan mengadakan pertemuan gelap saja, ia telah berdosa besar terhadap suaminya. Bila Yo<br />

Po Thian dibinasakan, maka perbuatan itu dianggapnya sebagai perbuatan terkutuk yang pasti<br />

akan dihukum oleh langit.<br />

Hai!.........Yo Soeheng..dia mati sendiri.<br />

Yo Siauw dan lain2 terkesiap.<br />

Kata Goan Tin pula, Kalau benar Yo Po Thian binasa dalam tanganku, aku tentu sudah<br />

mengampuni Beng kauw. Suaranya berubah perlahan. Seperti juga ia ingat pula peristiwa<br />

yang terjadi pada banyak tahun berselang. Sesudah berhenti sejenak, ia berkata lagi dengan<br />

suara perlahan. Malam itu aku bertemu lagi dengan suomoy-ku di jalanan rahasia itu.<br />

Sekonyong2 kami mendengar suara nafas yang datang dari jurusan kiri. Itulah kejadian yang<br />

belum pernah terjadi. Orang luar takkan bisa masuk ke jalanan itu, sedang anggota Beng<br />

kauw takkan berani masuk. Kami kaget dan lalu menyelidiki. Ternyata suara nafas itu suara<br />

nafasnya Yo Soeheng yang sedang berduduk dalam sebuah kamar. Ia memegang selembar<br />

kulit kambing dalam tangannya dan selebar mukanya berwarna merah. Ia sudah mengetahui<br />

rahasia kami. Bagus sungguh perbuatan kamu berdua! katanya. Sesudah berkata begitu paras<br />

mukanya berubah biru. Sesaat kemudian, warna biru berubah merah lagi. Perubahan ini silih<br />

berganti sampai 3 kali. Yo Cosoe, apa kau tahu sebab musababnya?<br />

Kejadian itu sudah terjadi karena Yo kauwcoe sedang melatih diri dalam ilmu Kiun koen tay<br />

lo ie, jawabnya.<br />

Yo Siauw bukankah kau sudah mahir dalam ilmu itu? tanya Coe Tian.<br />

Kau tidak dapat menggunakan perkataan mahir, jawabya. Waktu masih hidup; karena<br />

menghargai aku, Yo kauwcoe telah mengajar aku pokok2 dari Kian koen Tay lo ie Sin kang.<br />

Sesudah berlatih belasan tahun, aku hanya mencapai tingkat dua. Dalam latihan selanjutnya.<br />

Hawa tulen dalam badanku mengamuk dan coba menerjang keluar dengan memecahkan batok<br />

kepalaku. Biar bagaimanapun juga aku tidak bisa menguasai hawa itu. Perubahan 3 kali pada<br />

paras muka Yo Kauwcoe merupakan tanda, bahwa ia sudah mencapai tingkat kelima dari<br />

ilmu tersebut. Ia pernah memberitahu aku, bahwa diantara kauwcoe agama kita, Ciong<br />

kauwcoelah, dari keturunan kedelapan yang memiliki kepandaian paling tinggi dan sudah<br />

mencapai tingkat keenam dari Kian koen tay lo ie.<br />

Pada suatu hari, waktu sedang melatih diri, ilmu itu telah membakar Ciong kauwcoe,<br />

sehingga binasa. Mulai dari waktu, belum ada orang yang bisa mencapai tingkat kelima.<br />

Begitu sukar? kata Cioe Tian.<br />

Kalau tidak sukar, ilmu itu tentu tidak dianggap sebagai ilmu pelindung agama kita, kata Tiat<br />

koen Toojin.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 710

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!