20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dengan pedang menempel pada bagian kematiannya dan satu pedang lagi membabat, ia tak<br />

bisa berkelit atau berkutik lagi. Tapi, pada detik yang sangat berbahaya, ia masih<br />

mengerahkan Lweekang ke lengan kirinya. Waktu Ho Thay Ciong membabat lengan itu, ia<br />

merasa seperti membacok semacam benda yang a lot licin, sehingga mata pedangnya<br />

terpeleset. Tapi biarpun begitu Yo Siauw terluka juga dan tangan bajunya basah dengan<br />

darah.<br />

Pada detik itulah, mendadak saja dengan terus menempel di tanah, tubuh Yo Siauw<br />

menyeluruk ke depan setombak lebih, seolah2 lehernya diikat dengan tambang dan ditarik<br />

dengan kecepatan luar biasa. Dengan melorotnya tubuh itu, maka ujung pedang Pan Siok<br />

Ham yang menempel di antara kedua alis mengores alis, hidung, mulut dan dada Yo Siauw<br />

kira2 setengah dim dalamnya. Kalau ujung pedang masuk lebih dalam setengah dim lagi, ia<br />

tentu binasa dengan dada dan perut terbelek. Sehabis menyelusur, tanpa menekuk lutut atau<br />

membongkokan pinggang, tubuh Yo Siauw mendadak berdiri tegak, seperti juga diangkat<br />

berdirinya sesosok mayat yang sudah kaku. Dan begitu lekas berdiri tegak, kedua kakinya<br />

menjejak, Krek! pedang suami istri Ho patah dengan berbareng.<br />

Semua kejadian itu yang harus dilukiskan panjang lebar, terjadi dalam tempo sekejapan saja.<br />

Dengan memiliki Kiam Hoat yang sangat tinggi, pedang Ho Thay Ciong dan Pan Siok Ham<br />

sebenarnya tak akan dipatahkan, secara begitu mudah. Mereka mendapat kekalahan<br />

memalukan karena lengah, sebagai akibat dari kekangetan dalam melihat cara si orang she Yo<br />

yang sangat luar biasa.<br />

Apa yang lebih aneh lagi, dua potongan pedang itu dengan berbareng menyambar Ho Thay<br />

Ciong dan istrinya. Buru2 mereka menangkis dengan pedang buntung dan meskipun berhasil,<br />

telapak tangan mereka sakit sekali dan separuh badan mereka panas. Dengan cepat mereka<br />

melompat, yang satu lalu berdiri di sebelah barat laut yang lain di tenggara, dengan Yang<br />

Kiam (pedang lelaki) menuding ke langit, Im Kiam (pedang perempuan) ditunjukkan ke<br />

bumi. Itulah kuda2 dari ilmu pedang Liang Gie Kiam Hoat yang sangat tersohor dari Koen<br />

Loen Pay. Walaupun pedang mereka sudah buntung, sikap mereka angker dan anggun sesuai<br />

dengan sikap ahli2 silat kelas utama dalam rimba persilatan.<br />

Liang Gie Kiam Hoat yang sudah mendapat nama selama ratusan tahun adalah salah satu ilmu<br />

pedang terlihay di kolong langiot. Disamping itu, suami istri Ho telah berlatih bersama2,<br />

sehingga mereka sudah paham betul dan dapat bekerja sama seerat2nya. Dengan demikian<br />

pengaruh Kiam Hoat jadi bertambah berlipat ganda. Sebagai seorang yang sudah sering<br />

bertempur dengan jago jago Koen Loen, Yo Siauw mengenal dengan baik kelihayan Liang<br />

Gie Kiamhoat. Meskipun tak takut, ia tahu bahwa untuk menjatuhkan suami istri itu, paling<br />

sedikit ia harus bertempur lima ratus jurus. Tapi sekarang ia tidak mempunyai kegembiraan<br />

untuk berkelahi, sebab musabab dari kebinasaan Kie Siauw Hoe. Disamping itu, sesudah<br />

lengan dan badannya terluka, ia tidak boleh melakukan pertempuran lama. Kalau darah keluar<br />

terlalu banyak, ia bisa celaka. Maka itu, ia lantas saja berkata dengan suara dingin. Makin<br />

lama orang2 Koen Loen Pay jadi makin tolol. Hari ini biarlah kita menunda perkelahian. Di<br />

lain hari aku akan mencari kamu berdua untuk membuat perhitungan. Sehabis berkata begitu<br />

dengan lengan mendukung Poet Hoei dan satu tangan menuntun Boe Kie, tiba2 tubuhnya<br />

meleset ke belakang setombak lebih dan sesudah memutar badan, ia meninggalkan temapt itu<br />

dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan. Ho Thay Ciong dan Pan Siok Ham<br />

mengawasi dengan rasa gusar dan kagum dan tentu saj, iapun tidak berani mengubar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 530

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!