20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Ketika itu sinar mata Yo Siauw kebentrok dengan sinar mata Boe Kie dan ia kelihatannya<br />

merasa jengah. Sambil mengibas tangan, ia kemudian berkata, Kalu begitu, sampai bertemu<br />

lagi, badannya berkelebat dan melesat beberapa tombak jauhnya.<br />

Boe Kie koko! Boe Kie koko! teriak Poet Hoei.<br />

Tapi ilmu ringan badan Yo Siauw tak kepalang cepatnya. Suara Boe Kie koko makin jauh<br />

kedengarannya dan kemudian menghilang dari pendengaran.<br />

Boe Kie berdiri terpaku. Sesudah melakukan perjalanan berlaksa li bersama sama dan<br />

sekarang secara mendadak ia harus berpisahan dengan adik kecil itu, di dalam hatinya tentu<br />

muncul perasaan duka.<br />

Sementara itu, luka dipundaknya jadi makin sakit. Ia segera menuju ke sebuah lereng gunung<br />

yang sepi dengan niatan mencari daun obat. Tapi pohon2 dan rumput2 yang tumbuh di Koen<br />

Loen San berbeda dengan yang tumbuh di wilayah Tionggoan. Sehingga daun2 obat yang<br />

tertulis dalam buku Ouw Cong Gie tidak terdapat disekitar tempat itu. Sesudah berjalan dua<br />

puluh li lebih, rasa sakit makin menghebat dan ia lalu duduk diatas satu batu besar untuk<br />

mengaso. Tiba2 terdengar menyalaknya anjing, makin lama makin dekat, seperti juga ada<br />

sesuatu yang sedang diburu.<br />

Beberapa saat kemudian, dri sebelah kejauhan kelihatan mendatangi seekor kera kecil yang<br />

pantatnya tertancap sebatang anak panah pendek. Waktu berada kira2 sepuluh tombak dari<br />

Boe Kie, binatang itu tiba2 bergulingan dan tidak bisa bangun lagi. Boe Kie mendekati dan<br />

melihat sinar mata kera yang penuh rasa sakit. Rasa kasihan lantas saja timbul dari hatinya. Ia<br />

ingat nasibnya sendiri waktu diubar2 oleh orang Koen Loen Pay dan ia ingat pula kera<br />

piaraannya di pulau Peng Hwee To. Ia segera mengangkat binatang itu, mencabut anak panah<br />

dan menaruh obat luka di lukanya. Sementara itu suara menyalaknya anjing sudah semakin<br />

dekat. Buru buru ia menyingkap bajunya dan menyembunyikan kera itu. Sesat kemudian<br />

belasan ekor anjing sudah tiba disitu dan karena mengendus bau kera, mereka lantas saja<br />

mengurung Boe Kie sambil menyalak hebat dan memperlihatkan sikap menakuti. Melihat<br />

galaknya kawanan anjing itu, Boe Kie agak keder. Ia mengert, bahwa begitu lekas ia<br />

melemparkan si kera, ia akan terbebas dari ancaman.<br />

Tapi berkat didikan mendingan ayahnya, sedari kecil ia sudah mempunyai jiwa ksatria.<br />

Sehingga biarpun terhadap seekor binatang, ia sungkan memperlihatkan jiwa yang kecil.<br />

Sesudah menarik nafas dalam2, ia melompat dan terus kabur, dengan diubar oleh kawanan<br />

anjing itu.<br />

Kawanan binatang itu anjing2 pemburu. Lari dengan kecepatan luar biasa dan baru saja kabur<br />

belasan tombak, ia sudah di candak. Tiba2 ia merasa betisnya sakit digigit keras oleh seekor<br />

anjing. Ia memutar dan menghantam kepala binatang itu yang lalu lantas saja robaoh tanpa<br />

berkutik lagi. Tapi yang lainnya tidak menjadi keder dan dengan serentak mereka menubruk.<br />

Ia melawan dengan nekat, tapi karena tulang pundaknya patah dan lengan kirinya tidak daoat<br />

digerakan, tangan kirinya segera kena digigit. Hampir berbaring, kawanan anjing itu<br />

menubruk dan menggigit kaki, tangan, kepala, punggung,.sekujur badannya. Dalam keadaan<br />

setengah pingsan, sayup2 ia mendengar suara bentakan yang nyaring dari seorang wanita dan<br />

sekejap kemudian matanya gelap.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 533

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!