20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sambil merangkap kedua tangannya, Boe Kie berkata, ”Beng kauw di Tiong goan bersumber<br />

dari Persia, kalian dan kami sebenarnya adalah saudara2. Kami mengharap bahwa kalian tidak<br />

menjadi kecil hati karena adanya salah mengerti di hari ini. Kami mengundang kalian datang<br />

di Kong beng teng, supaya kita bisa minum arak bersama sama. Untuk segala kesalahan kami<br />

dengan jalan ini aku menghaturkan maaf.”<br />

Tie hwie ong tertawa terbahak bahak. “Kami semua merasa kagum akan ilmu silatmu yang<br />

sangat tinggi,” katanya. “Apa tidak girang kalau kita belajar dan terus mempelajari pelajaran<br />

itu? Apa tidak girang, kalau mendapat kunjungan sahabat dari jauh?”<br />

Mendengar kutipan dari kata Khong coe, Boe Kie membungkuk dan berkata, “Tepat sekali<br />

perkataanmu.” Ia tidak berayal lagi. Seorang diri ia mengangkat jangkar, memutar kemudi<br />

dan memasang layar, sehingga dalam beberapa saat, kapal itu mulai bergerak.<br />

Melihat te<strong>naga</strong> Boe Kie yang dapat mengangkat jangkar seorang diri, sedangkan pekerjaan itu<br />

sebenarnya harus dilakukan oleh belasan orang, anak buah kapal kapak Cong kauw bersorak<br />

sorak.<br />

Sebuah perahu kecil lantas saja mendekati kapal Boe Kie dan melemparkan seutas tambang.<br />

Boe Kie lalu mengikat tambang itu di buritan kapal. Di dalam perahu itu terdapat dua orang<br />

penumpang, Lioe in soe dan Hwie go soe.<br />

Kapal mulai berlayar ke jurusan barat.<br />

Sambil memegang kemudi, Boe Kie mengawasi kapal-kapal Cong kauw. Sesudah melewati<br />

Leng coa to dan kapal2 itu tetap tidak bergerak, berubah hatinya lega. Ia segera menyerahkan<br />

kemudi kepada Siauw Ciauw, pergi ke gubuk kapal untuk menengok In Lee. Nona itu berada<br />

dalam keadaan setengah tertidur, setengah sadar. Lukanya belum mendingan, tapi juga tidak<br />

jadi lebih hebat.<br />

Tay Kie termenung seorang diri waktu mendengar tindakan Boe Kie. Dengan rasa kagum Boe<br />

Kie mengawasi potongan tubuh nyonya itu yang langsing gemulai. Sebagian rambutnya yang<br />

hitam bergoyang goyang tertiup angin, sedang kulitnya yang putih seakan akan batu pualam.<br />

Ayah angkatnya mengatakan, bahwa dahulu Tay Kie terkenal sebagai wanita tercantik dalam<br />

Rimba Persilatan. Pujian itu bukan pujian kosong.<br />

Di waktu maghrib, kapal Boe Kie sudah terpisah kira kira seratus li dari Leng coa to. Lautan<br />

tenang dan di atas permukaan air tidak terlihat apapun jua. Cong kauw ternyata menepati<br />

janji.<br />

“Giehoe, apa tawanan sudah boleh dilepaskan?” tanya Boe Kie.<br />

“Boleh!” jawabnya. “Sekarang mereka tak bisa mengejar kita lagi.”<br />

Sambil menghaturkan maaf berulang-ulang, Boe Kie segera membuka ‘hiat’ ketiga raja dan<br />

Biauw hong soe.<br />

“Enam Seng hwee leng ditaruh di bawah penjagaan kami bertiga,” kata Biauw hong soe.<br />

“Kalau hilang, kami berdosa besar. Maka itu, aku memohon kau suka membayar pulang.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1105

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!