20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Thia thia anakmu tidak berbakti…” kata pula si nona. “Diam diam anak sudah menikah<br />

dengan Tio Kongcoe dan sekarang anak sudah mengandung! Kalau Thia mau membinasakand<br />

ia, binasakanlah anak terlebih dahulu…”<br />

Pengakuan itu bagaikan halilitar ditengah hari bolong. Bukan saja Jie Lam Ong dan Ong<br />

Popo, bahkan Boe Kie sendiri kaget tak kepalang. Pemuda itu tak pernah mimpi, bahwa untuk<br />

melindungi dirinya si nona rela mengarang cerita itu, kedustaan yg menodai kesuciannya<br />

sendiri sebagai seorang gadis bangsawan dan terhormat.<br />

Berulang ulang Jie Lam Ong membanting2. “Apa benar?.... Apa benar?....” tanyanya<br />

berulang2.<br />

“Hal itu adalah hal yg sangat memalukan,” jawabnya. “Kalau bukan karena terpaksa anak<br />

pasti tidak akan membusukkan nama sendiri dihadapan orang banyak. Anak tahu, kejadian ini<br />

juga akan menyeret nama baik ayah dan saudara. Thia thia, jangalanh kau berduka! Hitung2<br />

Thia thia kehilangan seorang anak. Lepaskanlah supaya anak bisa bawa diri sendiri!”<br />

Dengan tagnan rada bergemetaran raja muda itu mengurut2 jenggotnya, sedang kepala dan<br />

mukanya basah dengan keringat. Dia adalah seorang jendral besar yang biasa mengambil<br />

keputusan2 penting dalam waktu yg sependek2nya. Tapi sekarang ia bingung. Ia tak tahu apa<br />

yg harus diperbuatnya.<br />

“Moaycoe,” kata Ong Popo, “Kau dan Tio Kongcoe terluka berat, maka sebaiknya pulang<br />

bersama sama Thia thia untuk berobat. Sesduah kau berdua sembuh, Thia thia lantas bisa<br />

menikahkan kamu secara pantas. Thia thia dapat menatu, aku sendiri mendapa moay-hoe.<br />

Bukankah lebih baik begitu?”<br />

Tio Beng tahu, bahwa bujukan sang kakak hanya merupakan tipu untuk mengulur waktu. Ia<br />

tahu, bahwa begitu lekas jatuh ke dalam tangan mereka, Boe Kie tak usah harap hidup lebih<br />

lama lagi. Tanpa menghiraukan kakaknya, ia lantas saja berkata, “Thia thia, ibarat beras<br />

sekarang adalah menjadi bubur. Kata orang, kawin dengan ayam, mengikut ayam, kawin<br />

dengan anjing, mengikuti anjing. Mati atau hidup anak mengikut Tio Kongcoe. Segala siasat<br />

tidak akan bisa memperdayai aku. Bagi Thia thia hanya terbuka 2 jalan. Apabila kau suka<br />

mengampuni anak, anak akan hidup terus. Tapi jika kau ingin anak mati, anak anak segera<br />

mati dihadapanmu.”<br />

“Beng beng!” bentak sang ayah dengan gusar. “Kau harus pikir masak2. Jika kau mengikuti<br />

pemberontakan itu, mulai dari sekarang kau bukan anakku lagi.”<br />

Dalam sedetik itu, si nona memikiri bulak balik ratusan kali. Ia merasa sangat berat untuk<br />

meninggalkan ayah dan kakak. Mengingat kecintaan sang ayah, hatinya seperti tersayat pisau.<br />

Tapi ia mengerti, bahwa sedikit saja ia bersangsi, jiwa Boe Kie takkan bisa ditolong lagi. Ia<br />

segera mengambil keputusan untuk lebih dahulu menolong kecintaannya dan dihari<br />

kemudian, barulah berusaha untuk meminta pengampunan sang ayah dan kakak. Maka itu, ia<br />

lantas saja berkata dengan suara perlahan. “Thia thia.. koko… segala apa memang salah Beng<br />

beng. Ampunilah aku…”<br />

Melihat keputusan putrinya tak bisa diubah lagi, bukan main rasa dukanya Jie Lam Ong. Ia<br />

merasa sangat menyesal, bahwa ia telah memperlihatkan rasa cintanya secara berlebih2an<br />

terhadap anak itu dan membiarkannya berkelana di dunia Kangouw, sehingga terjadi kejadian<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1261

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!