20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

di Kwan gwa, Cia tayhiap dan Cioe kouwnio diundang oleh kami. Ketika itu Cia Tayhiap<br />

sakit, ia selalu di pembaringan. Kami belum pernah bertempur dengannya. Belakangan aku<br />

membawa beliau ke gedung ini. Pada malam yang lalu, Cia tayhiap telah membinasakan<br />

murid murid kami yang menjaganya dan lalu kabur. Peti peti mati para korban masih berada<br />

di belakang gedung ini dan belum dikuburkan. Jika tak percaya, Thio Kauwcoe boleh lihat<br />

dengan mata sendiri.”<br />

Mendengar keterangan yang diucapkan dengan sungguh sungguh dan juga memang telah<br />

menyaksikan sendiri terbinasanya beberapa murid Kay pang, Boe Kie segera berkata,<br />

“Perkataan Coan Tiangloo tidak bisa tidak dipercaya.”<br />

Ia menundukkan kepala dan coba menebak nebak kemana perginya sang ayah angkat. Dia<br />

ingat, bahwa pada malam kaburnya Cia Soen, ia melihat bayangan seorang wanita yang<br />

melompat turun dari atas tembok. Apakah wanita itu si baju kuning? Mengingat itu, ia lantas<br />

menanya Soe Hong Sek. “Tiauw moay moay, dimana rumah Yo Ciecie? Apa dahulu memang<br />

telah mengenal dia?”<br />

Si nona cilik menggelengkan kepala. “Tidak, aku tidak pernah mengenal Yo Ciecie sebelum<br />

pertemuan di hari itu,” jawabnya. “Sesudah mendapat pesanan Thia thia, dengan membawa<br />

tongkat bambu ini Ong tiangloo membawa ibu dan aku dengan naik kereta. Di tengah jalan<br />

aku bertemu dengan orang jahat. Dalam pertempuran, Ong tiangloo terluka. Beberapa hari<br />

kami naik kereta, naik gunung Ong toako tidak bisa berjalan lagi dan merangkak di tanah.<br />

Belakangan kami tiba di luar sebuah hutan. Ong tiangloo berteriak teriak. Belakangan datang<br />

seorang ciecie kecil yang memakai baju hitam. Belakangan datang Yo ciecie yang berbicara<br />

lama dengan Ong toako dan meneliti tongkat bambu ini. Belakangan Ong tiangloo mati dan<br />

ibu pingsan. Yo ciecie lalu membawa aku ke kereta, bersama sama delapan ciecie kecil yang<br />

memakai baju putih dan baju hitam.” Sebab masih kecil, keterangan Soe Hong Sek tak terang<br />

dan Boe Kie tidak bisa mengorek sesuatu yang diinginkan dari mulutnya.<br />

Boe Kie menghela nafas dan untuk beberapa saat, semua orang membungkam.<br />

Akhirnya Coan kang tiangloo berkata, “Thio Kauwcoe, putera Han San Tong berbicara ayah<br />

masih berada di tempat kami!” Ia lalu berbicara dengan seorang pengemis yang lantas masuk<br />

ke dalam dengan tindakan cepat.<br />

Tak lama kemudian, terdengarlah cacian Han lim Jie. “Pengemis, kau lagi lagi coba menipu<br />

tuan besarmu!” teriaknya. Thio Kauwcoe seorang agung dan mulia. Mana boleh jadi ia sudi<br />

datang di sarang kawanan pengemis bau? Sudahlah! Lekas lekas kau hantarkan aku ke See<br />

tian (dunia baka)! Segala akal bulusnya tidak dapat digunakan terhadapku.”<br />

Boe Kie merasa kagum. Di dalam hati ia memuji pemuda itu, yang setia jujur dan bernyali<br />

besar. Buru buru ia bangkit dan menyambut, “Han toako,” katanya, “aku berada di sini.<br />

Selama beberapa hari kau banyak menderita.”<br />

Melihat Boe Kie, Han Lim Jie terkesiap. Dengan kegirangan yang meluap luap sedetik<br />

kemudian ia berlutut dan berkata, “Thio Kauwcoe, benar benar kau berada di sini!…<br />

bunuhlah pengemis pengemis bau itu!”<br />

Sambil tertawa Boe Kie membangunkannya. “Han toako,” katanya dengan terharu. “Para<br />

tiangloo ditipu orang dan sudah terjadi salah mengerti. Sekarang segala apa sudah menjadi<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1212

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!