20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Teng Bin Koen tertawa dingin. “Siapapun juga tahu, bahwa kau sangat mengilar untuk<br />

menjadi Ciangboenjin, katanya. “Tapi sebelum disetujui saudara2 kita, kau telah coba2<br />

mengunjuk keangkeranmu dan menjual lagak galak. Merusak nama Siansoe! Berdosa sangat<br />

besar! Kau ingin menghukum aku bukan? Kini aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan;<br />

“Sesudah menerima pesan Siansoe untuk menjadi Ciangboenjin, kau sebenarnya harus segera<br />

pulang ke Go bie guna mengurus urusan2 partai. Tapi mengapa kau kembali ke kota raja?<br />

Sesudah Siansoe meninggal dunia di dalam partati terdapat banyak sekali urusan yang harus<br />

segera diurus. Aku tanya, mengapa kau balik ke kota raja?<br />

“Siauwmoay kembali ke kota raja untuk menunaikan tugas berat yang diberikan Siansoe,<br />

jawabnya.<br />

“Tugas apa? mendadak si perempuan she Teng bertanya. “Kita berada di antara saudara<br />

saudara sendiri, kau boleh memberitahukan terang terangan.<br />

“Tugas ini merupakan rahasia besar bagi partai kita, sahut nona Cioe. “Rahasia itu hanya<br />

boleh diketahui oleh seorang Ciangboenjin. Aku menyesal tak bisa memberitahukan kepada<br />

siapapun jua.<br />

Teng Bin Koen mengeluarkan suara di hidung. “Huh! Huh! katanya. “Kau mau coba<br />

berlindung di balik pangkat Ciangboenjin. Huh! Tak bisa kau memperdayai aku. Partai kita<br />

bermusuhan hebat dengan Mo kauw. Banyak sekali saudara saudara kita yang binasa di dalam<br />

tangan Mo kauw dan orang orang Mo kauw yang mampus di bawah pedang Ie thian kiam<br />

tidak bisa dihitung berapa banyaknya. Meninggalnya siansoe juga kalau beliau tak sudi<br />

menerima pertolongan pemimpin Mo kauw. Tapi mengapa jenazah Siansoe masih belum<br />

dingin, kau kembali ke kota raja untuk mencari penjahat cabul she Thio itu, si kepala<br />

siluman?<br />

Boe Kie menggigil. Sesaat itu, tiba-tiba pipinya dicolek orang. Ia menengok. Orang yang<br />

mencoleknya ialah Tio Beng. Muka Boe Kie lantas berobah merah. “Apa benar Cioe<br />

Kauwnio mencari aku? tanyanya di dalam hati.<br />

Cie Jiak merasa dadanya seperti mau meledak. Sambil menuding ia membentak dengan suara<br />

terputus-putus. “Kau!… kau!… bagaimana kau berani mengeluarkan kata kata itu?<br />

Teng Bin Koen menyeringai. “Kau masih mau menyangkal? tanyanya. Kau menyuruh kami<br />

pulang ke Go bie lebih dahulu. Waktu ditanya mengapa kau kembali ke kota raja, kau<br />

menjawab secara tidak terang. Itulah sebabnya mengapa kami menguntit kau. Kau telah<br />

menanyakan ayahmu, Kauw Tauwtoo, tentang tempat kediamannya si penjahat cabul. Apa<br />

kau kira kami tak tahu? Kau telah pergi ke rumah penginapan untuk mencari penjahat cabul<br />

itu. Apa kau rasa kami tak tahu?<br />

Mendengar cacian “penjahat cabul yang dikeluarkan berulang ulang, biarpun sabar darah Boe<br />

Kie meluap juga. Tiba-tiba ia merasa lehernya ditiup orang. Ia tahu bahwa nona Tio<br />

mengejeknya kembali.<br />

Sementara itu, si perempuan she Teng sudah menyemburkan lagi racunnya. “Siapa yang mau<br />

dicari olehmu dan dengan siapa kau ingin bersahabat, orang luar memang tak dapat<br />

mencampuri. Tapi penjahat cabul she Thio itu adalah musuh besar partai kita. Waktu orang<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!