20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Waktu sudah berdekatan, mereka melihat lima orang lelaki yang pakaiannya compangcamping<br />

badannya kurus kering dan mukanya pucat pasi, sedang berduduk disekitar sebuab<br />

perapian dan diatas api terdapat sebuah kuali yang apinya bergolak-golak seperti sedang<br />

memasak sesuatu.<br />

Begitu melihat Boe Kie dan Poet Hwie, paras muka mereka berubah terang. Dengan serentak<br />

mereka berbangkit. "Bagus! Bocah, mari sini!", kata salah seorang sambil menggapai.<br />

"Kami sangat lapar sekali dan ingin meminta sedikit makanan," kata Boe Kie, "Sebagai tanda<br />

terima kasih, kami akan memberi sedikit uang perak."<br />

"Kau mempunyai uang? Coba keluarkan," kata yang seorang.<br />

Boe Kie merogoh saku dan mengeluarkan sepotong perak.<br />

Sambil membetot potongan perak itu, dia bertanya. "Mana orang tuamu?"<br />

"Kami hanya berdua, tak mempunyai lain kawan," Jawab Boe Kie.<br />

Kelima lelaki itu tertawa terbahak-bahak dan saling mengawasi satu sama lain.<br />

Karena didorong rasa lapar, Boe Kie melongok kedalam kuali. Begitu melihat, hatinya<br />

mencelos karena apa yang dimasak mereka hanyalah daun-daun akar, dan sedikit ubi-ubian.<br />

Sambil menyeringai, salah seorang mencekal tangan Poet Hwie dan berkata "Kambing ini<br />

gemuk sekali. Malam ini kita bisa makan kenyang!"<br />

"Ya! Yang lelaki bisa ditunda sampai besok." menyambungi kawannya.<br />

Tak kepalang kagetnya Boe Kie. "Kau.... kau..... mau.... makan daging manusia?" tanyanya<br />

terputus-putus.<br />

Seorang yang bertuhub jangkung menyeringai dan berkata dengan suara dalam: "Sudah tiga<br />

bulan aku tak permih makan nasi. Daripada mampus ada lebih baik makan, daging manusia."<br />

seraya berkata begitu, ia menjambret leher Boe Kie.<br />

Boe Kie mengegos, tangan kirinya menangkis, tangan kanannya menepuk pinggang orang itu.<br />

Semejak kecil, ia telah belajar silat di bawah pimpinan Kim-mo Say-ong Cia Soen dan<br />

kemudiau dia juga mempelajari ilmu silat dari Boe-tong pay. Meskipun selama dua tahun<br />

lebih ia tidak berlatih silat karena repot mempelajari ilmu ketabiban, tetapi apa yang sudah<br />

dipelajarinya adalah ilmu-ilmu silat kelas satu di dalam Rimba Persilatan. Maka itu, tepukan<br />

tersebut, yang cukup hebat untuk merobohkan ahli silat biasa, tentu saja tak dapat ditahan<br />

oleh lelaki itu. Tanpa mengeluarkan suara, dia terpelanting tanpa betkutik lagi.<br />

Seorang kawannya menubruk dan coba menancapkan pisaunya kedada Boe Kie. Bagaikan<br />

kilat Boe Kie menendang dengan kaki kanannya, dan pisau itu terbang ke tengah udara. Ia<br />

menendang dengan tendangan Wan yo Lian hoan toei yang saling susul dan sesudah kaki<br />

kirinya mampir dijanggut orang itu yang lantas saja jatuh terjengkang. Sesudah merobohkan<br />

dua orang, buru-buru ia menghampiri Poet Hwie yang sudah mulai menangis.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 494

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!