20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Demikianlah kedua orang yang tadi bertempur matian dan saling berusaha untuk mengambil<br />

jiwa pihak lawan, sekarang saling menghibur!<br />

Sesudah mendengar pembicaraan itu, Boe Kie merasa bahwa mereka bukan manusia jahat.<br />

Dalam hatiny lantas saja timbul rasa kasihan, lebih lagi terhadap Souw Hie Cie yang<br />

mempunyai dua anak yang masih mengeluarkan rawatan. Mengingat penderitaannya sendiri<br />

sebagai yatim piatu rasa kasihannya jadi lebih besar dan sambil menarik tangan Poet Hie ia<br />

segera bertindak keluar dari alang2.<br />

Andai aku bisa memutar kembali<br />

Waktu yang telah berjalan<br />

Tuk kembali bersama didirimu selamanya<br />

Bukan maksud hati membawa dirimu<br />

Masuk terlalu jauh<br />

Ke dalam <strong>kisah</strong> cinta yang tak mungkin terjadi<br />

Dan aku tak punya hati untuk menyakiti dirimu<br />

Dan aku tak punya hati tuk mencintai<br />

Dirimu yang selalu mencintai diriku<br />

Walau kau tahu diriku masih bersamanya<br />

Apakah yang Siauw Moay merasa lebih menyesal ialah dalam peristiwa ini, Siauw Moay<br />

menyeret toaso dan putra putrimu.<br />

Isteriku sudha menutup mata pada dua tahun berselang dengan meninggalkan dua anak, satu<br />

lelaki dan stu perempuan, kata Souw Hie Cie. Besok, mereka akan jadi anak yatim piatu.<br />

Apakah di rumahmu masih ada orang lain yang bisa merawat anak-anak itu? tanya nona<br />

Ciam.<br />

Mereka dirawat oleh nsoku (nsoku isteri kakak lelaki), jawabnya. Nso hebat adatnya dan licik<br />

sifatnya. Sebegitu lama aku masih hidup, ia masih takuti aku. Hai! Mulai besok kedua anakku<br />

itu akan sangat menderita.<br />

Ciam Coen yang berhati lembek lantas saja mengucurkan air mata. Ini semua adalah karena<br />

gara-garaku katanya dengan suara parau.<br />

Tapi kau tidak boleh disalahkan, kata Hie Cie. Kau telah menerima perintah gurumu dan kau<br />

tidak dapat menolak perintah itu. Kaupun tidak mempunyai permusuhan apapun juga<br />

denganku. Sebenar-benarnya, sesudah kena senjata beracun, aku harus menerima nasib. Perlu<br />

apa aku memukul kau dan juga melakukan kau dengan senjata beracun? Andai kata aku tidak<br />

berbuat begitu, sebagai seorang yang berhati mulia kau tentu bisa nolong melihat-lihat kedua<br />

anakku yang bernasib buruk itu.<br />

Nona Ciam tertawa getir. Aku adalah penjahat yang membinasakan kau, katanya. Bagaimana<br />

kau bisa menamakan aku sebagai seorang yang berhati mulia?<br />

Aku tidak menyalahkan kau, benar-benar aku tidak menyalahkan kau, kata Hie Cie.<br />

Demikianlah kedua orang yang tadi bertempur matian dan saling berusaha untuk mengambil<br />

jiwa pihak lawan, sekarang saling menghibur!<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 509

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!