20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menggunakan te<strong>naga</strong> Lweekang, sedang diatas dapur menggeletak melintang sedatang pedang<br />

yang panjangnya kira-kira empat kaki. Sebab panasnya, dari merah sinar api berubah hijau<br />

dan dari hijau berubah merah, tapi sinar golok tersebut masih tetap berkeredepan dan<br />

sedikitpun tidak melumer atau rusak karena panas api.<br />

Ketiga orang rata2 berusia kurang lebih enampuluh tahun dan mereka semua mengenakan<br />

jubah hijau. Muka mereka penuh debu dan jubah mereka banyak berlubang akibat peletikan<br />

api, diatas kepala mereka mengepul uap putih dan saraya mengempos semangat, perlahan2<br />

mereka meniup api. Setiap kali ditiup, api itu menjilat keatas kira2 lima kaki tingginya dan<br />

menggulung golok yang berkeredepan itu. Jie Thay Giam mengerti, bahWa ketiga orang tua<br />

itu memiliki te<strong>naga</strong> dalam yang sangat tinggi. Dengan berdiri ditempat yang berapa tombak<br />

jauhnya dari perapian itu, ia sudah merasakan hebatnya hawa panas, sehingga dapatlah<br />

dibayangkan panasnya hawa yang menyambar ketiga kakek itu, yang berdiri dipinggir dapur.<br />

Tapi aneh sungguh, biarpun digulung api yang bersinar hijau, golok itu masih tetap utuh dan<br />

Warna nya tidak berubah sama sekali.<br />

Mendadak diatas genteng terdengar suara menyeramkan "Berhenti! <strong>Mar</strong>ah golok mustika itu<br />

adalah kedosaan besar."<br />

Jantung Je Thay Giam memukul keras, karena ia mengenali, bahwa suara itu adalah suara si<br />

jubah sulam. Tapi ketiga kakek itu tidak menghiraukannya dan malahan meniup semakin<br />

hebat. Mendadak hampir berbareng dengan terdengar nya suara tertawa dingin, satu bayangan<br />

yang bersinar emas berkelebatan dan bagaikan jatuhnya selembar daun, sijubah sulam sudah<br />

berdiri ditengah-tengah ruangan. Dengan bantuan sinar api, Jie Thay Giam bisa lihat tegas<br />

romannya orang itu, yang ternyata adalah seorang pemuda yang baru berusia kurang lebih<br />

duapuluh tahun, dengan muka yang tampan, tapi pucat dan bersorot hijau. Sulaman benang<br />

emas dijubahnya yang sangat indah dan mewah, merupakan gambar-gambar harimau, singa<br />

bunga-bunga. Dengan sikap tenang dan tanpa membawa senjata, ia berkata dengan suara<br />

dingin "Tiang pek sam khim, mengapa kau akan merusakkan senjata mustika itu ? "Seraya<br />

berkata, begitu ia maju setindak.<br />

Sikakek yang berdiri disebelah barat mendadak mementang lima jari tangannya yang, terus<br />

menyambar kemuka orang. Sijubah sulam mengempas dan maju lagi setindak. Kakek yang<br />

berdiri disebelah timur dengan cepat meagambil satu martil yang terletak di pinggir dapur dan<br />

lalu menghantam kepala orang. Tapi gerakan pemuda itu gesit luar biasa. Dengan sekali<br />

miringkan badan, ia kermbali bisa meloloskan diri dari serangan kedua <strong>Mar</strong>til itu<br />

menghantam tempat kosong dan jatuh dilantai dengan muncratnya lelatu api. Ternyata batu<br />

lantai bukan biasa, tapi batu gunung yang sangat keras.<br />

Sikakek yang disebelah barat lantas saja bantu menyerang dengan kedua tangan yang jari2nya<br />

dipentang seperti cakar ayam. Ia menyerang secara nekat2an dengan pukulan-pukulan yang<br />

membinasakan, sehingga Jie Thay Giam jadi merasa sangat heran, "Sakit hati apa yang<br />

didendam orang-orang ini, sehingga mereka berkelahi dengan menggunakan pukulan pukulan<br />

yang kejam itu?" tanyanya didalam hati.<br />

Tapi kepandaian si jubah sulam benar-benar luar biasa. Walaupun diserang oleh kedua kakek<br />

itu, ia masih bersenyum senyum dan melayani dengan sikap acuh tak acuh. Sesudah<br />

bertempur beberapa jurus, si kakek yang ber senjata martil membentak: "Siapa tuan ? Biar<br />

maui golok mustika, tuan harus lebih dulu memberitahukan she dan namamu,"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 69

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!