20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dadanya lega. Ia menarik napas dan membentak. Kau ia tidak dapat bicara lagi sebab Boe Kie<br />

mendadak menekan lagi dengan lweekangnya.<br />

Pemuda itu mengeluarkan suara di hidung. Laki-laki berani berbuat harus berani menanggung<br />

akibatnya, katanya dengan nada mengejek. Ya bilang ya, tidak bilang tidak. Mengapa kau tak<br />

berani buka suara? Bukankah Tiap Kok Ie Sian Ouw Ceng Goe Sinshe binasa dalam<br />

tanganmu, benarkah begitu? Jawab! Boe Kie sebenarnya tidak tahu cara bagaimana adik Ouw<br />

Ceng Goe menemui ajalnya. Maka itu, ia tidak bisa mengatakan secara jelas. Tapi dalam<br />

bingungnya, Sian Ie Thong menganggap pemuda itu sudah tahu rahasianya. Mukanya pucat<br />

pasi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.<br />

Orang-orang yang mengenal Sian Ie Thong tahu, bahwa dia sangat pandai bicara. Maka itu,<br />

melihat dari paras mukanya, sikap dan terkancingnya mulut pemimpin Hwa San Pay itu, mau<br />

tak mau dia percaya apa yang dikatakan Boe Kie. Bahwa pemuda itu sudah menindih jalan<br />

pernapasan Sian Ie Thong dengan lweekang yang sangat tinggi, tidak diketahui oleh siapapun<br />

jua kecuali mereka berdua. Yang paling malu adalah orang-orang Hwa San Pay. Pemimpin<br />

mereka dicaci oleh seorang pemuda tanpa mampu membela diri. Dimana muka mereka harus<br />

ditaruh? Tapi ada juga sejumlah orang yang berpendapat lain. Mereka mengenal Sian Ie<br />

Thong sebagai manusia yang banyak akalnya. Mungkin sikapnya itu hanya satu siasat yang<br />

berisi tipu untuk membalas sehebat-hebatnya.<br />

Sementara itu, Boe Kie sudah memaki lagi. Menurut kebiasaan, orang-orang rimba persilatan<br />

membalas budi dengan budi, kejahatan dengan kejahatan. Tiap Kok Ie Sian anggota Beng<br />

Kauw. Kau adalah seorang yang berhutang budi terhadap Beng Kauw. Tapi lihatlah! Hari ini<br />

kau mengajak orang-orang partaimu untuk menyerang Beng Kauw. Orang menolong jiwamu,<br />

kau berbalik mencelakai adik orang itu. Manusia rendah! Kau lebih rendah dari pada<br />

binatang! Mukamu tebal, begitu punya tebal hingga kau masih ada muka untuk menjadi Ciang<br />

Bun Jin dari sebuah partai besar.<br />

Boe Kie mencaci sesuka hati, tanpa dibalas. Kalau Ouw Shinshe masih hidup dan berada di<br />

sini, ia pasti akan merasa puas, pikirnya.<br />

Sesudah memaki beberapa lama lagi, ia berkata di dalam hati. Sekarang cukuplah. Hari ini<br />

aku mengampuni jiwanya. Biarlah dilain hari aku berhitungan lagi dengan dia. Memikir<br />

begitu, ia lantas saja menarik pulang te<strong>naga</strong> telapak tangannya yang digunakan untuk<br />

menekan Sian Ie Thong. Binatang! Hari ini aku menitipkan kepalamu di atas lehermu untuk<br />

sementara waktu!<br />

Hampir berbareng dada Sian Ie Thong lega. Bangsat kecil! Rasakan ini! teriaknya seraya<br />

menotok Boe Kie dengan gagang kipas, sambil melompat ke samping.<br />

Mendadak Boe Kie mengendus bebauan kepalanya tiba-tiba pusing, kakinya lemas dan ia<br />

terhuyung-huyung. Ia merasa matanya berkunang-kunang dan dunia seolah-olah terbalik.<br />

Bangsat kecil! caci Sian Ie Thong. Sekarang kau boleh belajar kenal dengan lihainya Eng Coa<br />

Seng Sie Pek! ia melompat dan lima jari tangan kirinya sudah mencengkram Yan Ie Hiat, di<br />

bawah ketiak Boe Kie. Tapi ia terkejut karena tangannya seolah-olah mencengkram ikan yang<br />

licin dan ia tak bisa menggunakan lweekangnya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 773

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!