20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sekarang barulah Pan Siok Ham berdua suami tahu sebab musababnya. Mereka heran<br />

bercampur kagum. Mereka tak mengerti, bagaimana Boe Kie bisa menotok jalan darah tanpa<br />

diketahui mereka. Buru-buru Ho Thay Ciong menotok beberapa hiat di pinggang muridnya<br />

untuk membuka jalan darah yang tertutup. Diluar dugaan, See Hoa Coe masih tetap tidak bisa<br />

bergerak.<br />

Sambil menunjuk tubuh PH yang bersandar pada YS, Boe Kie berkata, Beberapa tahun yang<br />

lalu, nona kecil itu sudah pernah ditutup jalan darahnya dan mereka dipaksa untuk minum<br />

arak beracun, sedang aku sendiri tidak berdaya untuk membuka hiat to yang tertotok.<br />

Sekarang muridmu pun mendapat pengalaman yang sama. Kau tak usah heran, ilmu Tiam<br />

Hiat kita berdua memang berlainan.<br />

Melihat berubahnya paras muka para hadirin, Pan Siok Ham merasa jengah dan untuk<br />

menutup rasa malunya, tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia segera menikam alis Boe Kie.<br />

Hampir berbareng, pedang Ho Thay Ciong menyambar punggung pemuda itu, dan kedua<br />

kakek Hwa San Pay-pun lantas mulai menyerang.<br />

Dengan sekali melompat Boe Kie menyelamatkan diri dari empat senjata. Ho Thay Ciong<br />

segera mengirim tikaman ke kedua pinggang Boe Kie untuk memaksa pemuda itu menangkis<br />

dengan ranting bwee. Sambil mementil golok si kate dengan telunjuk kiri, Boe Kie menotol<br />

badan pedang Ho Thay Ciong memutar senjatanya dan memapas cabang yang kecil itu. Ia<br />

berpendapat, bahwa biarpun lawan memiliki kepandaian tinggi, ranting itu takkan bisa<br />

melawan tajam dan kerasnya pedang. Diluar dugaan, Boe Kie pun memutar rantingnya dan<br />

memukul badan pedang. Tiba-tiba Ho Thay Ciong merasa dorongan dari semacam te<strong>naga</strong><br />

lembek sehingga pedangnya terpental dan menghantam golok si jangkung.<br />

Aha, Ho Thay Ciong! seru kakek itu. Mengapa kau membantu lawan?<br />

Paras muka Ho Ciang Boen berubah merah, tapi ia tentu saja tidak mau mengaku bahwa<br />

pedangnya telah dipukul terpental oleh pemuda itu.<br />

Omong kosong! bentaknya seraya menikam Boe Kie.<br />

Pertempuran lantas berubah dengan hebatnya.<br />

Bagaikan hujan gerimis, Ho Thay Ciong mengirim tikaman-tikaman berantai, sedang<br />

isterinya yang bergerak di belakang Boe Kie berusaha menutup jalan mundur pemuda itu.<br />

Dari kedua samping kedua kakek Hwa San Pay mencecer dengan pukulan-pukulan terhebat<br />

dari Liang Gie To Hoat.<br />

Kedua macam ilmu silat itu yang satu ceng yang lain hoan berasal dari pat kwa dan pulang ke<br />

pat kwa. Dengan lain perkataan, karena sumbernya sama maka meskipun jurus-jurusnya<br />

berlainan pada hakekatnya kedua ilmu silat itu bersatu padu. Makin lama keempat tokoh<br />

makin saling mengerti dan kerja sama juga jadi makin erat.<br />

Sebelum bergebrak, Boe Kie pun tahu, bahwa keempat lawannya tak boleh dibuat gegabah. Ia<br />

hanya tidak menduga, bahwa kerja sama antara Hoan Liang Gie To Hoat dan Ceng Liang Gie<br />

Kim Hoat bisa sedemikian hebat dan berkat bantuan antara yang dan Im kerjasama itu<br />

dikatakan tiada cacatnya. Tak ada bagian yang lemah, baik dalam serangan maupun dalam<br />

pembelaannya. Kalau menggunakan senjata biasa, ia masih bisa mendapat bantuan dari<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 786

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!