20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sementara itu, toojin yang kabur ke jurusan utara makin lama jadi makin jauh. Untuk<br />

merobohkan musuhnya yang berkelahi bagaikan harimau edan, In Lie Heng masih<br />

memerlukan waktu, sehingga biar bagaimanapun jua, ia takkan bisa menyusul toojin yang lari<br />

ke utara itu.<br />

Murid-murid Go Bie yang sangat membenci orang-orang Mo Kauw, mengawasi Ceng Hie<br />

dengan harapan kakak seperguruan itu akan memberi perintgah supaya mereka memberi<br />

bantuan. Beberapa murid wanita yang bersahabat dengan Ki Siauw Hu mengetahui, bahwa In<br />

Lie Heng bekas tunangan Nona Ki. Setelah Ki Siauw Hu binasa karena gara-gara perebutan<br />

Kong Beng Soe Cia Yo Siauw, mereka lebih bersimpati kepada Bu Tong Liok Hiap.<br />

Tapi Ceng Hie bersangsi. Dalam rimba persilatan Bu Tong Liok Hiap mempunyai kedudukan<br />

tinggi. Setiap bantuan yang diberikan kepadanya tanpa diminta, berarti melanggar tata<br />

kehormatan. Maka itu, setelah memikir sejenak, ia mengambil keputusan untuk tidak<br />

membantu. Ia lebih suka siluman itu meloloskan diri daripada melakukan perbuatan tidak<br />

pantas terhadap In Liok Hiap.<br />

Sesaat itu, sekonyong-konyong diangkasa berkelabat sehelai sinar hijau, sinar pedang yang<br />

terbang dari tangan In Lie Heng. Dengan kecepatan yang tak mungkin dilukiskan, senjata itu<br />

menyambar punggung Toojin yang sedang kabur. Si toojin sendiri bukan tidak tahu, bahwa<br />

punggungnya tengah disambar pedang, tapi sebab cepatnya senjata itu, ia tidak keburu<br />

berkelit, sehingga dilain detik, ulu hatinya sudah menjadi toblos. Tapi dia masih lari terus dan<br />

sesudah lari lagi sejauh dua tombak, barulah ia roboh binasa. Dan pedang itu sendiri, sesudah<br />

menembus ulu hati si Toojin, masih terbang kurang lebih tiga tombak, kemudian menancap di<br />

pasir!<br />

Demikian lihainya Bu Tong Liok Hiap In Lie Heng.<br />

Semua murid Go Bie mengawasi kejadian itu dengan mata membelalak dan mulut ternganga.<br />

Mereka tak dapat mengeluarkan suara.<br />

Waktu semua mata ditujukan lagi ke galanggang pertempuran, Toojin yang barusan berkelahi<br />

nekat-nekatan sekarang bergoyang-goyang badannya, seperti orang mabuk. In Lie Heng tidak<br />

memperdulikannya lagi dan dengan tenang berjalan ke arah rombongan Go Bie. Baru ia<br />

berjalan beberapa tindak, Toojin bekas lawannya sudah roboh binasa. Sekarang barulah<br />

murid-murid Go Bie bersorak-sorai, bahkan BIAT COAT SOETHAY sendiri manggutmanggutkan<br />

kepalanya sebagai tanda memberi pujian. Dilain saat paras muka si nenek<br />

kelihatan berduka dan ia menghela nafas. Ia mengiri bahwa Bu Tong mempunyai muridmurid<br />

yang berkepandaian tinggi, sedang dalam Go Bie Pay, tak satupun yang memuaskan<br />

hati. Sesaat itu, ia ingat Ki Siauw Hu yang bernasib malang dan tidak bisa menikah dengan<br />

pria yang segagah Lie Heng. Mengingat murid itu, ia jadi lebih sakit hati terhadap Mo Kauw<br />

yang sudah mencelakai Noan Ki. (dalam alam pikir Biat Coat, Ki Siauw Hu dibinasakan oleh<br />

Yo Siauw dan bukan olehnya sendiri)<br />

Bibir Boe Kie sudah bergerak untuk memanggil Liok Susiok, tapi bibir itu rapat kembali.<br />

Diantara paman-pamannya, In Lie Heng-lah yang paling erat hubungannya dengan mendiang<br />

ayahnya dan selama ia berada di Bu Tong San, paman keenam itu selalu memperlakuinya<br />

dengan penuh kecintaan. Dengan hati berdebar-debar, ia mengawasi paman itu yang tak<br />

pernah dilihatnya selama delapan tahun. Ia mendapat kenyataan, bahwa Lie Heng sudah<br />

kelihatan banyak lebih tua, sedang rambut di kedua pelipisnya sudah dauk. Mungkin sekali<br />

kebinasaan Ki Siauw Hu sudah memberi pukulan hebat kepadanya. Di dalam hati, Boe Kie<br />

ingin sekali melompat dan memeluk orang yang dicintainya itu. Akan tetapi sebisa-bisa ia<br />

menahan hati, karena ia merasa bahwa jika ia berbuat begitu, ia bakal menghadapi banyak<br />

kejadian yang tidak enak.<br />

Sementara itu In Lie Heng sudah menghampiri BIAT COAT SOETHAY dan seraya memberi<br />

hormat, ia berkata, Dengan memimpin saudara-saudara seperguruan dan murid-murid turunan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 647

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!