20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Seorang lelaki harus berlaku terus terang, kata Hoan Yauw. “Mulai dari sekarang, aku yang<br />

rendah merupakan seorang musuh dari Koencoe. Kalau aku tidak bisa memberitahukan secara<br />

terang terangan, hatiku merasa tak enak dan aku berbuat tak pantas terhadap Koencoe yang<br />

sudah memperlakukan aku secara pantas.<br />

Tio Beng menengok pada Boe Kie dan berkata, “Ilmu apa yang dimiliki olehmu, sehingga<br />

orang-orangmu semua rela membela kau dengan jiwa mereka?<br />

“Kami bekerja untuk negara, untuk rakyat, untuk menolong sesama manusia dan untuk<br />

mempertahankan gie khie (semangat persahabatan yang paling tinggi). Hoan Yoesoe dan aku<br />

belum kenal satu sama lain. Tapi begitu bertemu, kita lantas menjadi sahabat karib. Kita<br />

mempunyai pendapat dan tujuan yang sama. Dengan demikian usaha kita untuk<br />

mempertahankan gie kie dan kawan kawan sendiri, tidaklah tersia-sia.<br />

Hoan Yauw tertawa terbahak-bahak. “Kauwcoe, katanya, “perkataanmu memang cocok<br />

sungguh dengan apa yang dipikir olehku. Kauwcoe, kuharap kau menjaga diri baik-baik.<br />

Nona ini sangat lihay. Dia bukan wanita biasa. Kuharap Kauwcoe suka berwaspada.<br />

Tio Beng tertawa. “Terima kasih untuk pujian Kouw Taysoe, katanya.<br />

Sesudah mengangguk, Hoan Yauw segera berlalu. Waktu lewat di depan Siauw Ciauw, ia<br />

kelihatan terkejut, paras mukanya berubah pucat dan seolah-olah ia melihat sesuatu yang<br />

sangat menakutkan. “Kau… kau!… katanya.<br />

“Mengapa aku? tanya Siauw Ciauw.<br />

Hoan Yauw mengawasi dengan mata membelalak. Selanjutnya ia menggeleng gelengkan<br />

kepala dan berkata, “Bukan… bukan… aku… aku salah lihat. Ia menolak pintu dan berjalan<br />

keluar, sedang mulutnya berkata, “Sungguh sama… sungguh sama…<br />

Tio Beng dan Boe Kie saling mengawasi. Mereka merasa heran dan tak tahu siapa yang<br />

dimaksudkan oleh Hoan Yauw.<br />

Sekonyong konyong di tempat jauh terdengar suara dan teriakan tiga kali panjang, dua kali<br />

pendek. Suara itu nyaring dan tajam, seperti seseorang memanggil kawan. Tiba-tiba Boe Kie<br />

terkejut. Ia ingat, bahwa teriakan itu tanda rahasia Go bie pay dalam mengumpulkan kawan.<br />

Waktu bertemu dengan rombongan Biat coat Soethay di See hek, beberapa kali ia pernah<br />

mendengar tanda rahasia itu untuk menghadapi Beng kauw. “Mengapa Go bie pay kembali<br />

lagi di kota raja? tanyanya di dalam hati. “Apa mereka bertemu dengan musuh?<br />

Sebelum ia mengambil keputusan apa yang harus diperbuatnya, Tio Beng sudah berkata, “Ah,<br />

itulah tanda Go bie pay. Mereka rupa2nya sedang menghadapi persoalan yang sangat<br />

mendesak. <strong>Mar</strong>i kita menyelidiki. Apa kau setuju?<br />

“Bagaimana kau tahu teriakan itu tanda rahasia Go bie pay? tanya Boe Kie.<br />

“Mengapa aku tak tahu? kata si nona sambil tersenyum. “Di See hek, sebelum mendapat<br />

kesempatan untuk turun tangan, empat hari dan empat malam, dengan orang-orangku aku<br />

menguntit mereka.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!