20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menterjemahkannya, Boe Kie lantas menghafal tujuh delapan bagian dan mengerti lima enam<br />

bagian. Dalam sekejap ia telah berhasil memahami pukulan pukulan aneh yang dikeluarkan<br />

oleh beberapa Po soe ong dan ketiga utusan Cong kauw.<br />

Boe Kie terus mengasah otak tanpa memperdulikan segala perkembangan. Tapi Tio Beng dan<br />

Cioe Cie Jiak yang terus memperhatikan persiapan pihak lawan, makin lama jadi makin<br />

bingung. Mereka melihat Tay Kie diborgol kaki tangannya, melihat kesebelas Po soe ong,<br />

berdamai dengan bisik bisik dan menukar jubah mereka dengan pakaian perang yang lemas<br />

dan melihat sebelas orang menyerahkan sebelas senjata aneh kepada “raja raja” itu. Mereka<br />

melihat gendewa gendewa dan anak panahnya ditunjukkan kepada Boe Kie dan melihat pula<br />

puluhan orang Persia yang bersenjata kapak dan pahat menerjun ke air, siap sedia untuk<br />

melubangi kapal yang ditumpangi mereka.<br />

Ketika itu fajar sudah menyingsing. Matahari sudah mengintip di sebelah timur dan<br />

memancarkan sinar yang gilang gemilang.<br />

Mendadak Tay seng Po soe ong membentak dan bentakan itu diiringi dengan suara tambur<br />

dan terompet riuh rendah.<br />

Boe Kie kaget. Ia mendongak dan melihat sebelas Po soe ong yang mengenakan pakaian<br />

berwarna keemas emasan dan memegan senjata, sudah melompat ke kapalnya. Tapi, setelah<br />

berada di kepala kapal, “raja” itu tidak berani lantas menyerang sebab Cia Soen dan Cie Jiak<br />

mengandalkan senjatanya di leher Peng teng ong dan Biauw hong goe. Mereka hanya<br />

mengawasi dengan mata melotot dan paras muka gusar.<br />

Selang beberapa saat, barulah Tie hwie ong berkata dengan bahasa Tionghoa, “Lekas<br />

pulangkan orang orang kami! Kami akan mengampuni jiwa kamu. Di mata kami, beberapa<br />

orang itu bagaikan babi dan anjing. Mereka tidak berharga sedikitpun jua. Perlu apa kamu<br />

mengandalkan senjata di leher mereka? Jika kamu mempunyai nyali, bunuhlah mereka! Di<br />

dalam Cong kauw terdapat berlaksa orang yang sederajat dengan mereka. Kebinasaan mereka<br />

tiada artinya.”<br />

“Jangan kau coba-coba menipu kami,” kata Tio Beng dengan suara menyindir. “Kami tahu<br />

bahwa mereka adalah Peng teng Po soe ong dan Biauw hong soe yang mempunyai kedudukan<br />

tinggi dalam kalanganmu. Kau mengatakan mereka sederajat dengan babi dan anjing?<br />

Bagus!”<br />

Alis Tie hwie ong berkerut. “Di dalam Seng kauw (agama kami yang suci) terdapat tiga ratus<br />

enampuluh Po soe ong,” katanya. “Peng teng ong menduduki kursi yang ketiga ratus lima<br />

puluh sembilan. Kami mempunyai seribu dua ratus Soe cia (utusan). Biauw Hong soe bukan<br />

orang penting. Bunuhlah mereka, kalau kamu mau!”<br />

“Baiklah,” kata Tio Beng. “Kawan kawan, bunuhlah kedua manusia yang tak berguna itu!”<br />

“Baik!” jawab Cia Soen seraya mengangkat To Liong to. Dengan kecepatan kilat ia<br />

menyamber kepada Peng teng ong. Orang-orang Cong kauw mengeluarkan teriakan tertahan.<br />

Tapi… To liong to, lewat dalam jarak setengah dim dari batok kepala dan hanya memapas<br />

rambut yang lantas saja terbang ditiup angin. Kim mo Say ong kembali mengangkat golok<br />

dan menyabet dua kali beruntun ke lengan kanan dan lengan kiri Peng teng ong. Kedua<br />

sabetan itu kelihatannya hebat, tapi dalam detik mata golok hampir menyentuh kulit, Cia Soen<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1102

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!