20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bagaikan seorang gila, Cia Soen menimpuk kalang kabut dengan potonngan-potongan es, tapi<br />

sebab matanya buta dan balokan es yang diduduki kedua orang muda itu terus bergerak maju,<br />

maka timpukannya meleset semua.<br />

Karena balokan es itu banyak lebih kecil dari gunung es, maka jalannyapun banyak lebih<br />

cepat, sehingga tak lama kemudian, Coei San dan So So sudah meninggalkan Cia Soen jauh<br />

sekali. Tapi karena kecilnya, balokan es itu tak dapat menahan berat badan dari dua orang dan<br />

sebagian tubuh mereka masuk kedalam air.<br />

Untung juga, tak lama kemudian mereka bertemu dengan sebuah gunung es Cepat-cepat<br />

mereka menggayu dengan menggunakan tangan untuk mendekati gunung es itu dan kemudian<br />

merapat naik keatasnya.<br />

"Langit tidak memutuskan jalanan orang, tapi langit telah memberikan sangat banyak<br />

penderitaan kepada kita," kata Coei San sambil tertawa getir. "So So bagaimana keadaanmu?"<br />

"Sayang sungguh kita tidak membekal daging biruang," kata sinona. "Apa Gin Kauwmu<br />

hilang?"<br />

Dilain saat, mereka tertawa geli, karena mereka baru merasa, bahwa bulu biruang yang<br />

digunakan untuk menyumbat kuping, belum dicabut, sehingga masing-masing tidak dapat<br />

mendengar apa yang dikatakan oleh pihak lain.<br />

"So So," kata Coei San sesudah mereka mencabut bulu biruang dari kuping mereka.<br />

"Andaikata kita mesti mati kitapun tak akan berpisahan lagi."<br />

"Ngoko," kata sinona dengan suara aleman. "Aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan.<br />

Kuharap kau akan menjawab dengan sejujurnya. Apakah kau akan tetap mencintai aku,<br />

andaikata kita betada didaratan, tanpa mengalami penderitaan yang hebat ini ?"<br />

Coei San tertegun. Beberapa saat kemudian, barulah ia dapat menjawab: "Aku rasa, kita tidak<br />

akan bisa bersahabat begitu cepat. Juga .... juga .... kita pasti akan mendapat banyak rintangan.<br />

kita barasal dari lain partai...."<br />

So So manghela napas, "Akupun berpendapat begitu," katanya. "Itulah sebabnya, mengapa<br />

pada waktu kau bertanding pertama kali dengan Cia Soen, aku sudah tidak mau melepaskan<br />

jarum emas, biarpun didesak berulang-ulang olehmu."<br />

"Ya, tapi mengapa begitu?" tanya Coei San dengan rasa heran, "Aku semula menduga, bahwa<br />

kau menolak untuk melepaskan jarum, karena kuatir melukakan aku yang waktu itu sedang<br />

bertanding ditempat gelap."<br />

"Bukan, bukan begitu," bisik sinona. "Kalau waktu itu aku melukakan dia dan kita dapat<br />

kembali kedaratan, kau tentu akan meninggalkan aku!"<br />

Coei San kaget mendengar pengakuan. itu. "So So!" serunya.<br />

"Mungkin kau akan gusar," kata sinona. "Tapi tujuanku yang satu-satunya adalah supaya<br />

tidak berpisahan dengan kau. Keinginan Cia Soen supaya kita mengawaninya dipulau yang<br />

terpencil, cocok sekali dengan keinginanku,"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 211

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!