20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

hari. Mereka tahu bahwa di dalam dunia hanyalah Boe Kie yang bisa menolong mereka. Tapi<br />

mengingat perbuatan mereka dahulu hari, apakah pemuda itu sudi mengangsurkan tangan?<br />

Boe Kie tertawa tawar dan berkata dengan suara tawar pula. Jie wie tak usah takut, walaupun<br />

Kim-can sudah berada dalam perut enam jam kemudian barulah racunnya mengamuk.<br />

Sesudah membereskan urusan besar ini, boanpwee pasti akan menolong. Boanpwee hanya<br />

berharap Ho Hoejin jangan memaksa aku minum arak beracun.<br />

Biarpun disindir, kedua suami isteri itu menjadi bingung. Tapi mereka merasa malu hati untuk<br />

mengucapkan terima kasih dan sambil menundukkan kepala, mereka lalu kembali ke barisan<br />

sendiri.<br />

Cobalah Jie wie minta empat butir Giok tong Hek seng tan dari Khong tong pay, kata Boe<br />

Kie. Obat itu bisa menahan naiknya racun ke jantung.<br />

Ho Thay Ciong mengangguk dan segera memerintahkan salah seorang muridnya minta pel itu<br />

dari pemimpin Khong tong pay.<br />

Dalam hati Boe Kie tertawa geli. Giok tong Hek sek tan memang obat pemunah racun, tapi<br />

obat itu mengakibatkan sakit perut selama dua jam. Sesudah menelannya, perut suami isteri<br />

Ho sakit bukan main. Mereka makin ketakutan dan menduga racun sudah mulai mengamuk.<br />

Mereka tak pernah mimpi bahwa mereka dikelabui oleh pemuda itu.<br />

Sementara itu Biat coat Soethay berkata kepada Song Wan Kiauw. Song Thay hiap, antara<br />

enam partai hanya ketinggalan dua partaimu dan partai kami. Partai kami kebanyakan terdiri<br />

dari kaum wanita. Maka itu Song Tayhiap lah yang harus bertindak.<br />

Siauw too sudah dikalahkan oleh In Kouwcoe, jawab Wan Kiauw. Kiam-hoat Soethay tinggi<br />

luar biasa dan Soethay pasti bisa menakluki bocah itu.<br />

Biat-coat tersenyum tawar dan seraya menghunus Ie thian kiam, ia bertindak masuk ke dalam<br />

gelanggang.<br />

Se-konyong2 Jie hiap Jie Lian Cioe keluar dari barisan Boe tong pay. Sedari tadi dengan rasa<br />

kagum dan heran ia memperhatikan ilmu silat Boe Kie. Walaupun lihay belum tentu Biat-coat<br />

Soethay bisa melawan empat jago dari Hwa san dan Koen-loen, pikirnya. Kalau ia kalah Boe<br />

tong pay jua kalah, maka usaha enam partai akan gagal sama sekali. Biarlah aku yang menjadi<br />

lebih dulu. Memikir begitu ia segera menyusul Biat-coat dan berkata. Soethay, biarlah kami<br />

berlima saudara yang lebih dulu mengadu ilmu dengan pemuda itu. Paling belakang barulah<br />

Soethay maju dan aku merasa pasti Soethay akan memperoleh kemenangan.<br />

Maksud Jie Lian Cioe cukup terang. Boe tong pay dikenal sebagai partai yang mengutamakan<br />

latihan lweekang. Kalau ilmu pendekar Boe tong dengan bergiliran melayani pemuda itu,<br />

maka andai kata mereka tak mendapat kemenangan, pemuda itu pasti akan lelah sekali.<br />

Sesudah dia lelah, Biat coat maju untuk merobohkannya.<br />

Si nenek mengerti maksud Jie Lian Cioe. Ia mendongkol dan berkata dalam hati. Siapa sudi<br />

menerima budi Boe tong pay? Dengan cara begitu biarpun menang, kemenangan itu bukanlah<br />

kemenangan gemilang! Ia sombong memandang rendah kepada semua manusia. Meskipun<br />

sudah menyaksikan kelihayan Boe Kie, di dalam hati ia merasa bahwa jago dari lain-lain<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 796

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!